Menkes Paparkan Tantangan Pembangunan Kesehatan Indonesia

Dalam sambutan upacara peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-52, Menkes RI, Nila Farid Moeloek memaparkan tantangan kesehatan kita.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 14 Nov 2016, 11:32 WIB

Liputan6.com, Jakarta Dalam sambutan upacara peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-52, Menteri Kesehatan RI Nila Farid Moeloek memaparkan masalah kesehatan triple burden masih menjadi tantangan pembangunan kesehatan Indonesia. Hal ini mencakup masih tingginya penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular, dan penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi muncul kembali.

Data Global Burden of Disease 2010 dan Health Sector Review 2014 menyebut bahwa kematian akibat penyakit tidak menular, stroke, menduduki peringkat pertama. Padahal 30 tahun lalu, penyakit menular seperti infeksi saluran pernapasan atas, tuberkulosis, dan diare merupakan penyakit terbanyak dalam pelayanan kesehatan. Pergeseran pola penyakit ini ditengarai perubahan gaya hidup masyarakat.

“Ini menjadi ancaman bagi bangsa kita. Usia produktif dengan jumlah besar yang seharusnya memberikan kontribusi pada pembangunan, justru akan terancam apabila derajat kesehatannya terganggu oleh PTM dan perilaku hidup yang tidak sehat," kata Menkes di lapangan Gedung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, HR Rasuna Said, Mega Kuningan, Jakarta Selatan.

Menkes pun memaparkan pencegahan penyakit menular maupun penyakit tidak menular sangat bergantung pada perilaku masing-masing individu. Serta tak ketinggalan dukungan kualitas lingkungan, ketersediaan sarana dan prasarana, peningkatan pelayanan kesehatan, menciptakan sumber daya kesehatan yang berkualitas serta dukungan regulasi.

Kini, memang sudah ada Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dijalankan oleh BPJS Kesehatan. Namun, anggaran banyak terserap untuk membiayai penyakit katastropik. Di antaranya penyakit jantung koroner, gagal ginjal kronik, kanker, dan stroke.

Terlebih, pelayanan kesehatan peserta JKN masih didominasi pada pembiayaan kesehatan di tingkat lanjutan dibandingkan di tingkat dasar. Fakta ini perlu ditindaklanjuti karena berpotensi menjadi beban yang luar biasa terhadap keuangan negara.

“Upaya mengurangi beban anggaran harus sejalan dengan perubahan paradigma bahkan perilaku masyarakat untuk lebih berparadigma sehat dan menerapkan pola hidup yang sehat," kata Nila lagi seperti dikutip dari keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com pada Senin (14/11/2016) 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya