Liputan6.com, Jakarta - Tersangka pelemparan bom molotov di parkiran Gereja HKBP Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, bertambah. Polri menangkap lima orang yang diduga terlibat teror yang terjadi Minggu, 13 November 2016 itu.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menyebut para pelaku merupakan pemain lama dalam jaringan teroris di Tanah Air. Ini terungkap saat polisi menelusuri jaringan bomber Samarinda.
Advertisement
Pelaku bom Samarinda, Juhanda, ternyata satu jaringan dengan kelompok Pepi Fernando yang merupakan terdakwa kasus bom buku di Utan Kayu, Jakarta, pada 2011. Juhanda merupakan residivis kasus yang sama dan berada di jaringan Pepi.
"Ini pelaku lama, kasus bom Serpong dan bom buku ada kaitannya sama kelompok Pepi Fernando. Jaringan lama dan bergabung dengan kelompok JAD (Jamaah Anshorut Daulah)," ujar Tito di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Senin (14/11/2016).
Menurut dia, pimpinan kelompok Jamaah Ahshrot Daulah, Aman Abdrurrahman, tengah meringkuk di Nusakambangan. Namun, jaringan ini tetap aktif.
Dia mengatakan jaringan tersebut tidak memiliki target khusus. Mereka cuma ingin cari perhatian dan membuat kegaduhan.
"Ya biasa, selalu berusaha menimbulkan kekacauan. Itu saja. Tapi, masyarakat saya minta untuk tenang karena pelaku-pelaku lama kita sudah tahu jaringannya. Kita akan kembangkan terus," Tito menjelaskan.
Sebelumnya, Gereja Oikuname dilempar bom molotov. Lima orang terluka, satu balita meninggal dunia. Bom molotov tersebut dilemparkan oleh pelaku yang bernama Juhanda, ia melemparkan bom molotov tersebut ke parkiran gereja. Jemaat yang baru saja keluar dari tempat ibadahnya itu sontak berhamburan, empat orang terluka.
Usai melemparkan bom, Juhanda kabur dengan menceburkan dirinya ke sungai. Tak butuh waktu lama, pelaku langsung ditangkap warga dan diserahkan ke petugas.