Liputan6.com, Makassar - Kabupaten Soppeng merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang cukup dikenal dengan banyaknya jejak sejarah. Selain keberadaan ribuan ekor kelelawar yang diyakini sebagai pelindung Kabupaten Soppeng, juga ada situs keramat yang letaknya berada di puncak gunung tinggi di Kabupaten Soppeng.
Warga Soppeng menyebut situs keramat yang berlokasi di Desa Mattabulu, Kecamatan Lalabata, itu dengan Petta Bulu Matanre. Anda bisa menggunakan kendaraan roda dua sekitar 1 jam untuk menuju lokasi. Itu berlaku jika kondisi tak hujan.
Medan menuju situs keramat itu memang sangat menantang. Selama perjalanan, pengunjung akan melalui beberapa jurang di sisi kiri dan kanan. Tak hanya itu, suasana mistis dan sakral mulai terasa hingga tempat tujuan.
"Jika musim penghujan tiba, sudah bisa dipastikan akan semakin sulit untuk naik ke puncak gunung tersebut," kata Djamal, warga asli Kabupaten Soppeng, Minggu, 13 November 2016.
Baca Juga
Advertisement
Djamal menuturkan, kunci kelancaran perjalanan menuju ke situs keramat itu adalah hati. Jika niat awal berkunjung tidak baik, ia memastikan calon pengunjung tidak akan pernah sampai ke situs yang disakralkan masyarakat Soppeng itu.
"Dulu sering terjadi jika seseorang yang berniat buruk ke situs itu, pasti ada ada saja ia dapatkan kendala dalam perjalanan, bahkan tak akan pernah sampai di situs," kata dia.
Selama dalam perjalanan, pengunjung yang beruntung bisa menemukan kelompok kera yang bermain dan bergelantungan di pohon-pohon. Hal itu menjadi wajar karena situs keramat berada pada kawasan hutan yang sangat lebat.
Meski suasana sangat menyeramkan, penduduk sekitar tak pernah mau pindah dari lereng gunung dekat situs keramat Petta Bulu Matanre. Warga sekitar lalu bertahan hidup dengan bercocok tanam, seperti berkebun.
"Penduduk setempat memilih untuk tetap tinggal di gunung dikarenakan tanah yang mereka tinggali di sana merupakan tanah leluhur mereka dan mereka sangat menghormati dan banggakan leluhurnya tersebut," kata Djamal.
Kesaktian Petta Bulu Matanre
Situs Petta Bulu Matanre tak hanya dimanfaatkan masyarakat Soppeng dalam segala hal yang berkaitan dengan kegiatan adat. Situs tersebut juga dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata terbaik di Kabupaten Soppeng, selain wisata air panas Lejja.
Menurut Djamal, beragam versi cerita tersebar tentang sosok Petta Bulu Matanre. Salah satunya menyebutkan Petta Bulu Matanre sebagai sosok bangsawan tertinggi yang diyakini masih keturunan Raja Luwu.
Cerita para tetua menuturkan, Kerajaan Soppeng makmur dan tersohor selama dipimpin Petta Bulu Matanre. Maka itu, rakyat sangat mencintai dan menghormatinya.
"Untuk menghormati beliau, maka makamnya dibuat di puncak gunung tertinggi di Kota Sopppeng. Di situlah, beliau dimakamkan beserta dengan kerabat dan para pengikut setianya," kata Djamal.
Selain dikenal karena sifatnya, Petta Bulu Matanre juga diyakini masyarakat Soppeng memiliki kesaktian yang bisa mendatangkan keberuntungan serta keselamatan hidup.
"Masyarakat hampir setiap tahun gelar pesta Adat Mattaungeng dengan acara puncak mengorbankan seekor sapi atau kerbau. Acara ini juga dimaksudkan sebagai wujud syukur masyarakat atas penerimaan penghidupan selama setahun penuh dengan harapan kehidupan yang akan datang tetap diberi berkah dan keselamatan dari Allah SWT," ucap Djamal.
Pagelaran pesta adat Mattaungeng juga dimeriahkan dengan tarian sakral Bugis kuno yang disebut Mappadendang. Irama serta tarian dari para penari akan semakin menghentak secara magis seiring malam yang semakin larut.
"Penari terkadang kerasukan dan diyakini dirasuki oleh roh leluhur yang ada pada makam keramat Petta Bulu Matanre tersebut," ujar Djamal.
Hingga saat ini, belum ada yang bisa memberikan kepastian sosok Petta Bulu Matanre tersebut. Selain dikenal sebagai raja yang merupakan keturunan Raja Luwu, keyakinan masyarakat Soppeng lainnya juga ada yang meyakini jika Petta Bulu Matanre adalah seorang kiai dari kota suci Mekah.
Bagi pengunjung yang ingin berziarah sebelumnya harus melapor pada petugas. Situs ini mempunyai juru kunci makam yang telah dipegang secara turun-temurun. Diyakini bahwa hanya dari garis keturunan merekalah yang berhak untuk menjaga makam kuno yang dianggap keramat tersebut.