Pentas ke-22 Indonesia Kita Tampilkan Budaya Dalang Jawa

Untuk yang ke-22 kali Indonesia Kita akan mementaskan Sabdo Pandito Rakjat. Seperti apa kisahnya?

oleh Karmin Winarta diperbarui 15 Nov 2016, 10:06 WIB

Liputan6.com, Jakarta Sejak tahun 2011 Indonesia Kita secara rutin mengajak publik mengenang jejak para maestro di seluruh Tanah Air. Program ibadah budaya ini ingin memberikan apresiasi kepada para maestro yang karya-karyanya melegenda sampai hari ini. Apalagi Indonesia sangat kaya akan keberagaman.

Pada pentasnya yang ke-22 ini, Indonesia Kita mementaskan judul Sabdo Panito Rakyat yang merupakan pentas penutup tahun 2016 dengan tema "Heritage of Indonesia: Dari Warisan Menjadi Wawasan".

Seperti biasa pentas Sabdo Pandito Rakyat akan diadakan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Raya 73, Jakarta, pada Jumat–Sabtu, 02–03 Desember 2016  pada Pukul 20.00 WIB.

Pentas Sabdo Pandito Rakjat kali ini dijamin akan memukau karena disutradari Sujiwo Tejo dengan tim kreatif andalan Butet Kartaredjasa, Agus Noor dan Djaduk FeriantoSutradara.

Sabdo Pandito Rakjat dimaksudkan untuk mengenang Ki Nartosabdo, maestro pedalangan wayang kulit dan karawitan. Presiden pertama RI, Soekarno, sangat mengagumi karya-karya Ki Nartosabdo yang dianggap inovatif, bahkan genius melampaui zamannya.

Dalang wayang kulit Ki Manteb Sudharsono juga mengakui pencapaian estetis Ki Nartosabdo dalam dunia wayang dan menyanjungnya sebagai “dalang wayang kulit terbaik yang pernah ada di Indonesia”.

Komposisi karawatan yang dihasilkan Ki Nartosabdo juga membuktikan betapa ia adalah komponis yang brilian, seperti bisa kita buktikan melalui lagu-lagu seperti Gambang Suling, Perahu layar, Dara Muluk atau Ibu Pertiwi, dan masih banyak lagi lainnya. Karya-karyanya itu memberi jalan bagi generasi selanjutnya mengembangkan karawitan Jawa menjadi lebih diterima zaman sebagaimana kemudian muncul genre musik karawitan campur sari.

Lakon Sabdo Pandito Rakjat mengingatkan kembali betapa pentingnya untuk mendengar “suara jernih” dan menjunjung tinggi moralitas, sebagaimana diperlihatkan dalam banyak lakon wayang.

Di tengah situasi sosial yang begitu gaduh dan bising seperti saat ini, bermacam kepentingan dan godaan untuk memperebutkan kekuasaan begitu kuat dan menghisap energi semua lapisan masyarakat.

Apa yang telah dicapai dan dilakukan oleh Ki Nartosabdo menjadi sangat relevan untuk direnungkan kembali. Tafsir-tafsir Ki Nartosabdo dalam banyak lakon wayang, yang sampaikannya secara sangat sastrawi, mengingatkan kita pada pentingnya menggali kedalaman makna. Inovasi yang dilakukannya tidak semata mendobrak pakem, tetapi juga mencari hal-hal yang lebih substansial.

Lakon Sabdo Pandito Rakjat ini berkisah tentang seorang dalang yang mencoba bersikap teguh dan kritis terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya. Ia ingin melakukan pembaruan, sekaligus tak mau tergoda selera orang banyak. Ia menjadi gambaran bagaimana menjaga akal sehat di tengah kegaduhan sosial politik. Sementara itu, bagaikan kisah Arjuna dan Karna, ia juga harus menghadapi pertentangan dua orang anaknya.

Dalam bayang-bayang lakon Arjuna dan Karna itulah, pergulatan batin sang dalang terombang-ambing. Mestikah ia memihak dalam pertentangan itu?

Sabdo Pandito Rakjat akan dipentaskan dalam konsep cerita yang menjadi ciri khas Indonesia Kita dan diperkuat oleh lagu-lagu karya Ki Nartosabdo yang diaransemen ulang oleh Bintang Indrianto menjadi bernuansa jazz.

Dan seperti sebelumnya pentas ini selalu diminati banyak penonton. Aktor dan aktris dalam Pentas Sabdo Pandito Rakjat ini antara lain Sujiwo Tejo, Cak Lontong, Akbar, Didik Ninik Thowok, Happy Salma,Marwoto, Trio GAM (Gareng, Joned, Wisben), Butet Kartaredjasa,Sruti Respati, Bonita, Inayah Wahid, Gita Sinaga, Joe Kriwil.

Selamat menonton dan Jangan Kapok Menjadi Indonesia.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya