Liputan6.com, Makassar - Nama Salo Merunge mendadak terkenal setelah air bah menerjang wilayah itu hingga menyebabkan ratusan wisatawan terseret arus deras. Sungai yang berarti 'suara gemuruh' itu terletak di Dusun Lawere, Desa Ureng, Kecamatan Palakka, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Lokasi wisata pemandian itu lekat dengan nuansa mistis. Pasalnya, sebagian masyarakat Bone yang berkunjung ke lokasi itu kerap melepas sesajen usai menggelar ritual adat, seperti pernikahan sanak famili dan acara kelahiran. Tak heran, sejumlah sesajen seperti bunga tiga warna, telur, pisang, hingga rokok didapati di sekitar goa tempat aliran sungai.
Suasana mistis diperkuat dengan keberadaan makam tua yang dianggap masyarakat setempat sebagai makam si penjaga kawasan.
"Tak hanya yang melepas hajatan, beberapa warga Bone yang biasanya kembali dari tanah rantau juga biasa ke sini dulu ziarah ke makam yang bernisan batu tua tanpa nama tersebut. Namun, tidak semua warga mengetahui di mana letak pasti makam tua itu," kata Pung Ali, warga Uloe, Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone, Sulsel, Senin, 14 November 2016.
Menurut cerita masyarakat setempat, kata Ali, gua di sekitar Salo Merunge dahulunya pernah dijadikan tempat persembunyian para gerombolan DI/TII kala itu dari pengejaran Tentara Nasional Indonesia (TNI). Suasana hutan yang rimbun dan lebat menjadikannya tempat persembunyian yang cocok.
Baca Juga
Advertisement
Tak hanya itu, masyarakat setempat juga meyakini cerita tentang keangkeran kawasan Salo Merunge yang konon dijaga oleh berbagai makhluk halus yang masyarakat kenal sebagai penunggu kawasan Salo. Salah satunya ular yang cukup besar.
"Kawasan Salo Merunge dulunya masih perawan belum pernah terjamah. Nanti sekarang baru saya dapat informasi sudah sering dikunjungi bahkan dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata permandian," ucap Ali.
Dengan aura mistis yang kental, Ali berpesan jika berkunjung ke Salo Merunge sebaiknya mengucapkan salam untuk penghuni halus di daerah tersebut. Tujuannya agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
"Namanya suatu tempat yang tidak pernah dikunjungi apalagi dikelilingi hutan yang lebat tentu ada penghuni. Saya kira tidak mengapa kita harus menghargai dan menghormati penghuni di kawasan tersebut," ujar Ali.
Tak hanya itu, aura mistis yang membungkus kawasan Salo Merunge sangat kental terasa ketika sudah dekat pintu masuk kawasan Salo. Kesejukan udara serta suara gemuruh air terjun yang tumpah dari atas bukit menuju Salo Merunge seakan ingin memberitahu pengunjung jika tempat tersebut dahulunya pernah berpenghuni.
"Namun tak ada yang mengetahui persis ceritanya. Masyarakat hanya berkeyakinan dari cerita nenek-nenek dahulu jika Salo Merunge punya penghuni makhluk halus ada yang bersifat baik dan juga ada yang buruk. Yah semuanya kembali pada keyakinan masing-masing akan kebesaran Allah SWT saja," kata Ali menandaskan.