Bupati Dedi Makan Nasi Bungkus Bareng Korban Banjir Karawang

Usai makan bareng, Bupati Dedi kemudian melihat kondisi Sungai Citarum yang hampir meluap akibat debit air yang tinggi.

oleh Panji PrayitnoAbramena diperbarui 16 Nov 2016, 08:05 WIB

Liputan6.com, Karawang - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menyambangi korban banjir di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Yang ditemui Bupati adalah warga Desa Rawa Gempol, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Karawang.

Agenda Bupati Dedi Mulyadi pada Selasa, 15 November 2016 adalah menjadi narasumber dalam Seminar Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Universitas Singaperbangsa, Karawang.

Adapun saat menemui korban banjir, Dedi membawa 3.000 paket nasi bungkus untuk dibagikan kepada seluruh korban banjir di desa tersebut. Bersama warga yang terkena musibah, Dedi kemudian menggelar makan bareng nasi bungkus tersebut.

"Mangga bagikeun ayeuna. Bapak-bapak, ibu-ibu tuang heula ayeuna mah (silakan bagikan sekarang. Bapak-bapak, ibu-ibu silakan makan dulu)," ucap Dedi setibanya di lokasi banjir, Selasa, 15 November 2016.

Usai makan bareng, Dedi kemudian melihat kondisi Sungai Citarum yang hampir meluap akibat debit air yang tinggi.

"Nih, ada danau yang dipenuhi eceng gondok. Ini seharusnya dikeruk lagi. Saya perkirakan ini luasnya kira-kira lima hektar, harusnya bisa menampung air daripada pada dibiarkan begini," ujar Dedi.

Guna mengatasi banjir di Kabupaten Karawang, Dedi menyampaikan saran. Sebagai solusi jangka panjang adalah membangun Bendungan Cibeet di Kabupaten Bogor yang membendung aliran Sungai Cibeet yang bermuara di Sungai Citarum. Jika bendungan tersebut dibuat, menurut dia akan memperkecil debit air yang masuk ke aliran Sungai Citarum.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menyambangi korban banjir di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. (Liputan6.com/Abramena)

"Problem banjir ini kan luapan aliran anak Sungai Citarum, yakni Sungai Cibeet. Itu harus segera dibendung untuk memperkecil debit air yang masuk ke Citarum," kata pria yang juga menjabat Ketua DPD Partai Golkar Jabar itu.

Sementara kondisi banjir di Karawang, pada Selasa, 15 November 2016, merendam tujuh kecamatan di Kabupaten Karawang dengan ketinggian antara satu hingga dua meter. Kondisi itu membuat warga terpaksa mengungsi ke sejumlah lokasi yang dianggap aman.

"Kali ini paling parah, biasanya sehari semalam juga sudah surut lagi, ini sudah berhari-hari," kata Aep, salah seorang warga korban banjir Karawang.

Banjir di Karawang terjadi sejak Minggu malam, 13 November 2016. Bencana ini terjadi setelah Sungai Citarum dan Sungai Cibeet meluap akibat tidak mampu menampung volume air.

Tiap Bulan Purnama, Desa Ini Terendam Rob

Tak hanya Karawang, banjir juga menimbulkan penderitaan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Ratusan rumah di Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, dilanda banjir rob atau pasang air laut pada Selasa, 15 November 2016.

Tercatat terdapat 550 rumah dari dua blok di Desa Eretan Wetan dan Eretan Kulon khususnya yang berada di pinggir Sungai Ciperawan.

Dua desa tersebut terkena rob sejak Selasa pagi pukul 08.00 hingga pukul 11.00 WIB. Namun, banjir yang terjadi sejak pagi itu tak membuat masyarakat mengungsi.

"Satu sampai dua jam setelah air masuk ke desa juga akan surut lagi," sebut Kepala Bidang Humas Polda Jabar Kombes Yusri Yunus.

Dia menyebutkan, ketinggian banjir rob di dua desa tersebut mencapai 20 centimeter hingga 40 cm. Kendati demikian, lanjut dia, pemerintah setempat belum memutuskan untuk mendirikan tenda darurat pengungsian.

"Hasil koordinasi Muspika dan BPBD Kabupaten Indramayu belum perlu mendirikan tenda," ujar Yusri.

Dia menjelaskan, banjir rob atau air pasang laut di Desa Eretan Wetan terjadi setiap bulan pada saat bulan purnama. Banjir relatif lama karena buruknya drainase dan permukaan yang relatif rendah dibandingkan desa lain.

Selain itu, kesadaran masyarakat yang rendah antara lain membuang sampah sembarangan, mematikan saluran, mendirikan bangunan di atas saluran. Menurut Yusri, banjir rob kali ini tidak terlalu besar karena pada Senin, 14 November 2016 di wilayah Kroya dan Gabus tidak turun hujan, sehingga kiriman air dari Sungai Ciperawan tidak besar.

Sementara itu, beberapa desa yang tercatat terkena banjir rob, yakni Desa Eretan Wetan sekitar 350 rumah mulai dari Blok Prempu I dan II, Blok Pang Pang I dan II, serta Blok Condong.

Di Desa Eretan Kulon, banjir rob merendam 200 rumah mulai dari Blok Desa I dan II, Blok Pang Pang I dan II, Blok Kebon I dan II.

"Perlu sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, karena ada beberapa yang menjadi kewenangan pemerintah pusat. Antara lain penataan Kali Ciperawan. Perbaiki drainase dan kembalikan fungsi saluran yang digunakan oleh masyarakat untuk bangunan. Itu beberapa hasil tindak lanjut pascabanjir rob Indramayu," Kombes Yusri memungkasi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya