Liputan6.com, Jakarta - Salah satu fokus bisnis PT XL Axiata Tbk (XL) adalah smart city. Pada era perkembangan teknologi komunikasi dan masifnya pengaruh digitalisasi kepada masyarakat, gagasan smart city dinilai dapat jadi solusi untuk memecahkan permasalahan sehari-hari. Maka dari itu, implementasi konsep kota pintar ini benar-benar diusung XL.
Jika Jakarta dan Bandung sudah menjadi area percontohan smart city, operator yang identik dengan warna biru itu justru tidak memijakkan kakinya pada dua kota besar tersebut. Untuk mendigitalisasikan kota-kota lainnya, mereka lebih memilih kota-kota kecil seperti Yogyakarta, Pemalang, dan Lombok.
Advertisement
Seperti disampaikan Arifa Febriyanti selaku Head of Internet of Things, XL tak memilih Jakarta dan Bandung sebagai kota yang digenjot adopsi smart city karena mereka lebih tertarik membidik kota kedua. Terlebih, Jakarta dan Bandung sudah memiliki peningkatan adopsi smart city yang cukup maju.
“Bandung dan Jakarta itu sudah cukup maju. Saya yakin ke depannya (gagasan dan pengembangan smart city) akan lebih besar lagi. Mereka juga sudah ada programnya sendiri,” kata wanita yang akrab disapa Arifa ini saat ditemui Tekno Liputan6.com usai acara pengumuman pemenang kompetisi “Smart Digitizing Your Ciyt 2016” di Smart City Lounge, Jakarta, Selasa (15/11/2016) kemarin.
Sedangkan pada tahap ini, Arifa mengungkapkan bahwa pihaknya tengah berdiskusi kepada pemerintah daerah dari kota-kota yang tidak sebesar Jakarta atau Bandung. Ia juga menjelaskan bahwa XL masih "memetakan" kota mana yang akan didorong untuk bisa menjadi smart city.
Meski begitu, proses pemetaan ini cukup kompleks. Apalagi, ia harus mengetahui kota mana yang memiliki kebutuhan spesifik atas bantuan teknologi yang dinilai bisa memecahkan masalah.
“Kita pernah kasih solusi ke suatu kota untuk bisa memecahkan masalah. Karena, tidak ‘dirawat’ dalam berkepanjangan, solusi itu cuma muncul ke permukaan sesaat. Kita justru lebih suka memberikan solusi yang sudah matang ke kota-kota yang bisa diterapkan. Solusi ini juga tergantung dari kematangan pemerintah daerah. Kalau solusi tidak bisa di-maintain, ya nggak ada gunanya,” tambahnya.
Karena itu, pihaknya masih belum bisa memastikan berapa kota yang akan XL targetkan untuk siap mengadopsi smart city. Untuk fase selanjutnya, ia akan mengumpulkan solusi yang diinginkan dari kota tertentu dan akan menindaklanjutinya.
“Konsep ini ya tergantung dari pemerintah daerah, masyarakat, hingga kebudayaan. Memang cukup menantang untuk bisa mendigitalisasikan sebuah kota karena ini harus mengubah kebiasaan yang tadinya manual menjadi otomatis,” ujar Arifa.
(Jek/Ysl)