Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) bervariasi dengan indeks S&P 500 dan Dow Jones melemah imbas sektor saham keuangan tertekan. Akan tetapi, keuntungan sektor saham teknologi membantu investor siapkan portofolio usai Donald Trump menang dalam pemilihan presiden 2016.
Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 54,23 poin atau 0,29 persen ke level 18.868,83. Indeks saham S&P 500 merosot 3,43 poin atau 0,16 persen ke level 2.176,96. Sedangkan indeks saham Nasdaq naik 18,96 poin atau 0,36 persen ke level 5.294,58.
Bursa AS melemah sejak Donald Trump menang dalam pemilihan presiden 2016 secara mengejutkan. Indeks Dow Jones sempat ditutup menguat dalam tujuh hari, dan cetak rekor.
Akan tetapi, investor masih mencari penjelasan dan kepastian terhadap janji Donald Trump dalam kampanyenya akan menjadi kenyataan. Selain itu, investor juga bersiap dengan kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve dan inflasi.
Baca Juga
Advertisement
Proposal Trump untuk memangkas pajak dan menaikkan pengeluaran infrastruktur tampaknya mendorong aktivitas ekonomi dan inflasi. Namun tak setuju kebijakan perdagangan luar negeri dan pemberian tarif barang impor akan menekan ekonomi AS.
"Pelaku pasar tampaknya gugup. Pasar sudah price-in begitu cepat atas respons terhadap janji kampanye Trump. Seperti yang dilihat ada sedikit keraguan," ujar Steven Chiavarone, Portfolio Manager Federated Investors Global Allocation Fund, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (17/11/2016).
Sektor saham keuangan melemah 1,3 persen. Seiring saham JP Morgan susun dua persen sehingga bebani sektor saham keuangan. Indeks saham S&P sektor teknologi turun satu persen sejak pemilihan presiden AS, kini naik 0,7 persen. Penguatan indeks saham S&P 500 sektor teknologi ditopang Apple dan Microsoft.
Delapan dari 11 sektor saham utama di indeks S&P 500 tertekan didorong sektor saham keuangan dan utilitas.
Pelaku pasar juga mencermati potensi kenaikan suku bunga the Fed pada Desember. Sekitar 81 persen ada potensi kenaikan suku bunga pada Desember, hal itu berdasarkan data Reuters. (Ahm/Ndw)