Liputan6.com, New York - Harga minyak tertekan pada dipicu data pasokan minyak Amerika Serikat (AS) naik signifikan secara mingguan.
Meski demikian, Rusia akan mendukung Organization of the Petroleoum Exporting Countries (OPEC) untuk memangkas produksi menekan pelemahan harga minyak di tengah sesi perdagangan bergejolak.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak menyatakan, Rusia siap untuk membekukan produksi minyak dalam pertemuan OPEC di Vienna pada 30 November. Novak juga mengatakan, pihaknya akan bertemu dengan menteri energi Arab Saudi Khalid al-Falih dalam pertemuan di Doha pada pekan ini.
"Anggota OPEC melakukan pertemuan untuk mencoba raih kesepakatan. Jadi perhatian tak hanya sekadar retorika dari Rusia," ujar Matt Smith, Direktur ClipperData seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (17/11/2016).
Baca Juga
Advertisement
Di New York Mercantile Exchange, harga minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Desember turun 24 sen atau 0,5 persenke level US$ 45,57 per barel. Harga minyak tersebut diperdagangkan di kisaran US$ 45,43 sebelum data pasokan minyak.
Sementara itu, harga minyak Brent untuk pengiriman Januari merosot 32 sen atau 0,7 persen ke level US$46,63 di London's ICE Future exchange.
"Pasar hadapi harga minyak bergejolak pada pekan ini, dan spekulasi kesepakatan dari laporan EIA," tutur Ekonom WTRG Economic James Williams.
The US Energy Information Administration melaporkan pasokan minyak domestik yang berakhir pada 11 November 2016 naik 5,3 juta barel. Analis memperkirakan turun 2 juta barel. Sedangkan the American Petroleum Institute melaporkan naik 3,65 juta barel.
"Pertemuan OPEC menjadi fokus pasar, dan anggota OPEC didorong meraih kesepakatan. Jika tidak, maka kita akan hadapi harga minyak di bawah US$ 40 per barel pada akhir tahun ini," ujar Williams.
Anggota OPEC menyarankan pangkas produksi minyak antara 32,5 juta-33 juta barel per hari.