Liputan6.com, Brebes - Ribuan hektare (ha) lahan pertanian di sentra produksi bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, memasuki masa panen raya. Namun, para petani mengeluh karena produktivitas bawang saat panen raya ini mengalami penurunan hingga 30 persen.
Ketua Asosiasi Bawang Merah Indoensia (ABMI) Juwari mengatakan, ratusan petani bawang merah yang tersebar di Kecamatan Wanasari dan Kecamatan Larangan mulai memasuki masa panen raya.
"Mulai awal pekan ini memang petani bawang di Wanasari dan Larangan mulai panen raya. Secara otomatis, pasokan bawang dalam beberapa hari ke depan akan bertambah," ucap Juwari, Kamis (17/11/2016).
Baca Juga
Advertisement
Panen raya kali ini, kata dia, dilakukan di ribuan hektare lahan. Dengan demikian, tambahan pasokan bawang merah ini juga berdampak pada penurunan harga ditingkat petani.
"Seperti biasanya, jika sudah masuk panen raya seperti ini, harga bawang di tingkat petani pasti turun. Tapi kondisi sekarang ini turunya tidak cukup banyak," dia menambahkan.
Harga bawang merah di tingkat petani saat ini berkisar antara Rp 20 ribu hingga Rp 23 ribu per kg. Padahal, harga semula sekitar Rp 26 ribu hingga Rp 30 ribu per kg. "Ya jadi kisaran penurunan harganya sekarang ini antara Rp 6 ribu hingga Rp 10 ribu," katanya.
Produktivitas Turun
Di sisi lain, pasokan bawang di tingkat petani pada saat memasuki masa panen raya kali ini semakin bertambah. Produktivitas tanaman mengalami penurunan produksi hingga 30 persen.
Hal itulah yang membuat petani mendapatkan keuntungan yang tipis dan tidak optimal dalam hasil panen tanaman bawangnya.
"Memang turun produksinya sampai 30 persen dari normalnya. Tapi petani masih untung dan menutup untuk modal biaya tanam selanjutnya," katanya.
Juwari menjelaskan, di saat kondisi normal satu hektare lahan mampu menghasilkan hingga 10 ton bawang merah. Namun, masa panen raya kali ini petani hanya mampu menghasilkan 7 ton bawang merah per hektare. "Tinggal dikalikan saja berapa penurunan produksinya. Kita perkirakan mencapai angka 30 persen itulah," katanya.
Sedangkan penyebab turunnya produktivitas tanaman bawang kali ini, Juwari menyebut karena dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak menentu. Ia mencontohkan, dalam dua bulan terakhir ini dalam satu minggu paling tidak tiga sampai empat hari saja hujan dengan intensitas cukup tinggi terjadi.
Sudah menjadi pengalaman, jika hujan terus-menerus turun sangat berpotensi dan mengakibatkan tanaman bawang mudah terserang penyakit. "Sudah kita ketahui bersama, kalau hujan terusan sudah pasti tanaman itu rentan terkena penyakit, seperti bercak daun ataupun busuk umbi," dia menjelaskan.
Serangan penyakit pada tanaman bawang pasti berpengaruh dengan produktivitas yang menurun. "Tapi disyukuri saja, meskipun produktivitas turun harga tidak begitu berpengaruh terlalu turun," kata Juwari.
Tingginya harga bawang di tingkat konsumen di sejumlah daerah di Indonesia lantaran panen raya belum merata ke sejumlah sentra penghasil bawang merah.
"Kalau sini (Brebes) kan sebagai penyuplai 30 persen kebutuhan bawang nasional. Jadi masa panen raya ini akan berlangsung hingga beberapa pekan ke depan. Tapi daerah lain belum panen dan pasokan jumlahnya terbatas. Itulah yang menyebabkan harga tinggi," ungkapnya.
Tiya (50), petani bawang merah di Kecamatan Wanasari, membenarkan bahwa para petani di wilayahnya mulai panen raya. "Saya sudah mulai panen ke mari, petani lainnya di sini juga demikian," ucap Tiya.
Kendati demikian, panen raya kali ini produktivitas mengalami penurunan hingga 2-3 ton per hektare. "Biasanya saya panen satu hektare hasilnya sampai 10 ton, tapi sekarang ya sekitar 7-8 ton per hektare," sebutnya.
Selain itu, kendala lain yang membuat harga bawang mengalami penurunan lantaran para petani menjual hasilnya kepada tengkulak dengan harga yang murah.
"Sebagian petani di antaranya memang menjual bawang merah langsung menjualnya ke tengkulak sebelum masa panen. Itulah yang membuat harga murah, yakni Rp 4 ribu per kg," dia menjelaskan.
Sedangkan umur tanaman yang ditebas rata-rata hanya berumur sekitar 40 hari. Sehingga memasuki masa panen masih kurang dari separuh umur tanaman yang seharusnya 90 hari.
"Memang biasanya kalau sistem tebasan itu memang merugikan. Tanaman baru berumur 40 hari sudah ditebas sama tengkulak. Kalau dihitung seperempat hektare sekitar Rp 24 juta," dia menandaskan. (Fajar/Gdn)