5 Alasan Mengapa Startup Gagal

Setidaknya ada lima hal yang membuat sebuah startup berada di ambang kehancuran.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 17 Nov 2016, 18:01 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Startup sangat dinamis. Hal itu disampaikan oleh Khailee Ng, Managing Partner 500 Startups. Ia mengatakan, adalah hal umum bila sebuah startup dikabarkan tengah berada di ujung tanduk.

Ia menilai hal tersebut sebagai sebuah kewajaran dan memang benar-benar terjadi, meskipun di sisi lain ada startup yang terus berlanjut dan bahkan menjadi unicorn. Karena itu, apabila seorang founder (pendiri) startup merasa hal itu tak normal, berarti ada kemungkinan mental perusahaan belum cukup kuat.

Lebih lanjut, ia menuturkan setidaknya ada lima hal yang membuat sebuah startup berada di ambang kehancuran. Masalah ini merupakan hal umum yang mungkin ditemui sebab potensi masalah itu selalu ada.

Namun, kalau hal-hal ini bisa dihindari, bukan tak mungkin dalam beberapa tahun ke depan startup yang dikembangkan meraup kesuksesan.

Pertama, performa atau kinerja co-founder tidak maksimal. Terkadang, sejumlah founder kerap mengeluhkan co-founder yang dianggap tak terlalu kontributif. Maka itu, lakukan hal yang perlu dilakukan seorang founder sebelum masalah makin besar, salah satunya dengan mengganti co-founder bermasalah.

Hal lain yang bisa membuat startup berantakan adalah melanjutkan ide yang buruk. Keputusan untuk terus-terusan melakukan ide yang tak membuahkan hasil, kerap membawa kerugian. Oleh sebab itu, diperlukan ide lain yang bisa mendorong perusahaan ke arah lebih baik.

"Perhatikan data yang berasal dari konsumen. Kalau sebuah layanan yang tak menghasilkan terus dilakukan, perusahaan tersebut berarti menuju kehancuran," ujar Khaille saat gelaran Tech in Asia Jakarta 2016, Kamis (17/11/2016). Terkadang, ini juga tak lepas dari sikap founder yang terlalu optimistis.

Langkah lain yang juga menjadi penyebab sebuah startup berada di ambang kehancuran adalah jumlah rencana yang tak sebanding jumlah uang. Ini merupakan masalah karena seakan-akan banyak rencana dapat dieksekusi, padahal sumber daya yang dimiliki tidak mendukung.

"Berpikir bahwa tak ada yang salah di tahap selanjutnya, juga menjadi masalah tersendiri," tutur Khaille.

Tak sedikit startup memanfaatkan dana yang dimilikinya tanpa memerhatikan potensi kegagalan. Ketika masalah terjadi, bukan tak mungkin investor akan meninggalkan startup itu.

Terakhir, founder tidak meminta bantuan dari investor sejak awal. Penting bagi seorang founder untuk tetap berhubungan dengan investor untuk berbagi saran mengenai masalah pendanaan. Dalam tahap ini, komunikasi dengan penyandang dana perlu dilakukan sebelum masalah besar menghampiri.

(Dam/Why)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya