Liputan6.com, Jakarta Di dermaga Sungai Mariam, sebuah dumping sudah siap mengantar Fitri Nor Ramadaniah dan rekan-rekannya menuju Desa Sepatin. Setelah semua duduk, perahu motor yang hanya mampu mengangkut 4-5 orang melaju mengarungi lautan.
Perahu motor kecil ini kerapkali berpapasan dengan kapal tronton yang ukurannya berkali lipat lebih besar. Terkadang gelombang dan hujan turut menemani perjalanannya menuju Desa Sepatin. Tak heran, Fitri kerap was-was.
Advertisement
"Jika cuaca baik, sekitar dua jam kami bisa sampai di desa itu," tutur Fitri.
Sesampainya di Desa Sepatin, Fitri mendatangi pangan industri rumah tangga (PIRT) yang membuat kerupuk dan amplang, untuk melihat kondisi ikan dan udang sebagai bahan utamanya. Tak cuma itu, ia pun mengecek kualitasnya. "Tinggal dekat laut, ikan yang digunakan segar-segar," tambahnya.
Ia juga mengecek bahan tambahan lainnya seperti tepung kanji, perasa, bawang putih dan lainnya. "Sejak dua tahun lalu saya bertugas mengawasi industri pangan rumah tangga, bahan baku yang mereka gunakan cenderung aman," kata Fitri saat berbincang dengan Health-Liputan6.com, Kamis (17/11/2016).
Menurut wanita kelahiran 19 Agustus 1977 ini, meski selama ini tidak ditemukan penggunaan bahan pangan berbahaya atau tidak berkualitas, tetap perlu diawasi. "Jangan sampai tidak dijaga keamanan produk pangan industri rumah tangga ini. Kan masyarakat perlu mengonsumsi makanan yang aman," katanya.
Sejak 2014, tenaga teknis farmasi ini memang tidak hanya bertugas sebagai ketersediaan, pendataan, dan distribusi obat di Puskesmas. Mereka juga turun ke lapangan mengawasi dan membina industri rumah tangga dalam hal bahan pangan yang berada di Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Sertifikat inspektur pangan yang di dapatnya dari seminar di Balai POM turut mendukung tugasnya. Selama bertugas ke lapangan mengecek dan membina pangan industri rumah tangga ia serta bekerjasama dengan petugas sanitarian.
Desa Sepatin hanyalah satu dari tiga desa yang harus menyeberangi lautan dari tempatnya bekerja, Puskesmas Sungai Mariam. Paling tidak dalam setahun bisa satu hingga dua kali Fitri mengunjungi desa yang rata-rata ditempuh dengan dompeng selama dua jam itu.
Total ada tiga hingga empat industri rumah tangga di bidang pangan di tiga desa tersebut. Fitri menuturkan para pihak produsen tersebut terbuka akan kehadirannya dan sanitarian.
"Jadi ketika kami datang mereka antusias, senang. Kadang kami disuguhkan makanan," kata Fitri.
Demi produsen dan keamanan konsumen
Demi produsen dan keamanan konsumen
Selain di tiga desa di atas, pengawasan dan keamanan pangan industri rumah tangga juga dilakukan di lima desa yang ada di darat. Sekitar 25 pangan industri rumah tangga yang dibina dan diawasi selama dua tahun ini.
Dalam pembinaan, para produsen juga diterangkan mengenai cara membuat pangan yang higienis. Seperti menggunakan masker dan sarung tangan. Sehingga ketika amplang, kerupuk maupun produk PIRT lain dikonsumsi konsumen aman.
Sama seperti di desa-desa di laut, keamanan bahan pangan sudah baik. Yang kerap menjadi masalah adalah higienitas. “Yang sering itu masalah higienitas. Misalnya lokasi produksi yang berdekatan dengan jamban atau dekat dengan hewan peliharaan. Nah itu diberi binaan dari petugas sanitarian,” tutur Fitri.
Selain membina dan mengawasi, kehadiran Fitri dan petugas sanitarian juga membantu dalam mendapatkan surat izin edar pangan industri rumah tangga. Bila mendapatkannya, bakal lebih mudah bagi produsen untuk menjual di banyak tempat.
“Kalau sudah dapat surat izin edar PIRT, produksi mereka bisa masuk minimarket dan ikut pameran,” kata Fitri.
Penolakan
Penolakan
Saat bekerja mengawasi dan membina pangan industri rumah tangga, penolakan sempat terjadi. Bukan pada produsen kemplang atau amplang, tapi keripik.
“Awalnya mereka menolak, namun setelah sekali dua kali kami memberikan penjelasan akhirnya mau juga,” kata Fitri.
Kini, produsen pangan industri rumah tangga banyak yang sudah paham mengenai tata cara membuat pangan aman, bersih, dan berkualitas. “Bahkan mereka ada juga yang datang ke puskesmas bertanya cara mendapat surat izin edar PIRT,” katanya.
Bekerja dalam dan luar ruangan
Bekerja dalam dan luar ruangan
Menjalankan tugas mengawasi dan membina pangan industri rumah tangga adalah satu dari banyaknya tugas Fitri sebagai tenaga teknis kefarmasian. Sehari-hari ia juga bertugas di dalam puskesmas.
“Tugas pokok saya memberikan pelayanan kesehatan sebagai teknis kefarmasian. Ada kegiatan di dalam gedung dan luar gedung. Saya harus mampu menyeimbangkan pekerjaan itu,” tutur wanita lulusan D3 Farmasi Stikes Muhammadiyah Banjarmasin ini.
Sehingga dalam tugas keseharian ia juga melakukan perencanaan, permintaan, dan distribusi obat di Puskesmas Sungai Mariam. Lalu, membantu memberikan pelatihan bagi tenaga Puskemas Pembantu.
Namun, di tengah kesibukannya ia juga masih giat melakukan pengawasan peredaran obat dan kosmetik. Sekarang ini Fitri dengan mudah menemukan yang ilegal.
“Kosmetik ilegal itu luar biasa banyak, dan sudah menjangkau ibu rumah tangga hingga anak sekolah. Ini amat berbahaya,” tuturnya.
Jadi tak heran, ia sering ke warung, toko obat dan kosmetik yang ada di Kecamatan Anggana. Bahkan ia juga rutin mendatangi pasar malam untuk mengecek peredaran kosmetik ilegal.
Lelah sudah pasti. Namun ia menyenangi pekerjaannya ini. “Alhamdulillah, saya enjoy, menganggap pekerjaan ini bukan beban,” lanjutnya.
Kepuasan berinteraksi dengan masyarakat
Kepuasan berinteraksi dengan masyarakat
Sebelum bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Puskesmas Sungai Mariam, Fitri sudah sembilan tahun bekerja di rumah sakit swasta. Dahulu, pekerjaannya hanya di dalam gedung memberikan pelayanan obat. Namun ketika bekerja di puskesmas, dirinya merasa puas.
“Saya senang bekerja di puskesmas karena mampu mengembangkan diri. Mungkin karena saya pribadi senang ya bertemu langsung dengan masyarakat,” tutur wanita yang gemar menyanyi ini.
Sudah 11 tahun Fitri mengabdi untuk masyarakat di wilayah cakupan Puskesmas Sungai Mariam. Ilmunya terus berkembang, banyak pelatihan yang ia dapatkan.
Bertemu Presiden Joko Widodo
Bertemu Presiden Joko Widodo
Sebagai tenaga teknis farmasi yang membina dan mengawasi pangan industri rumah tangga membuat Fitri terbang ke Jakarta. Ia menjadi salah satu dari 216 tenaga kesehatan teladan dari Kementerian Kesehatan pada Agustus 2016 lalu.
Selama di Jakarta, agenda Fitri padat. Di antaranya bertemu Menteri Kesehatan RI, Nila Moeloek. Lalu yang paling menyenangkan ketika Fitri dan tenaga kesehatan lainnya berkesempatan bertemu Presiden RI, Joko Widodo.
“Senang sekali, bisa ke Jakarta dan bertemu presiden,” ceritanya senang.
Meski tak menyangka bisa mendapat penghargaan tenaga kesehatan teladan, bagi Fitri yang terpenting ia bekerja sepenuh hati untuk masyarakat.
Selain itu, aksi terjun langsung ke masyarakat juga upaya mengenalkan bahwa tenaga farmasi tidak hanya di dalam gedung mengurusi obat. Namun juga sesuatu yang dekat dengan masyarakat, yakni bahan pangan.