Menlu Retno: Krisis Yaman Berdampak pada Kepentingan Indonesia

Menlu menghadiri pertemuan antar Menteri negara anggota OKI di Mekkah.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 18 Nov 2016, 12:04 WIB

Liputan6.com, Mekkah - Krisis keamanan dan politik terus terjadi di Yaman. Parahnya lagi, situasi ini, menular ke beberapa negara Timur Tengah lain.

Dalam pertemuan darurat Menteri Luar Negeri negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Mekkah, Menlu RI Retno Marsudi mengatakan efek krisis Yaman bahkan sampai menyinggung kepentingan Indonesia.

"Walupun secara geografis Indonesia jauh dari Yaman, namun konflik di Yaman telah berdampak kepada kepentingan Indonesia di kawasan, termasuk kepentingan warga Negara Indonesia," ucap Retno di dalam keterangan pers kepada Liputan6.com, Jumat (18/11/2016).

"Konflik di Yaman telah mengakibatkan terlukanya satu diplomat Indonesia dan mengharuskan dilakukannya evakuasi ribuan WNI di situasi yang sangat bahaya," paparnya.

Pada pertengahan tahun lalu, ketika konflik dimulai, KBRI di Sanaa terkena bom. 

Oleh sebab itu, Menlu mendorong agar konflik di negara paling selatan di Semenanjung Arab ini untuk segera diselesaikan menggunakan cara damai. Perdamaian itu begitu penting, karena pada dasarnya konflik tidak menguntungkan bagi pihak manapun.

"Konflik hanya akan membawa penderitaan dan masalah kemanusiaan bagi rakyat, dan juga akan menghambat pembangunan” tutur Retno.

Pertemuan darurat Menlu OKI yang dihadiri Retno ditujukan untuk membahas serangan rudal balistik ke Arab Saudi. Diduga, peluncuran rudal balistik oleh kelompok Houthi.

Pada 27 Oktober lalu, koalisi yang dipimpin Arab Saudi dalam perang sipil di Yaman mengatakan, kelompok militan Houthi meluncurkan misil balistik menuju Mekah.

Dikutip dari Reuters, Jumat (28/10/2016), pasukan koalisi tersebut telah memusnahkan misil yang berjarak 65 kilometer menuju Mekah. Serangan tersebut tak menimbulkan adanya kerusakan.

Sementara itu Houthi mengonfirmasi bahwa pihaknya meluncurkan misil balistik Burkan-1 menuju Arab Saudi.

Namun kelompok tersebut mengatakan, target mereka adalah Bandara Internasional King Abdulaziz di Jeddah, salah satu bandar udara tersibuk di negara itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya