4 Cara Mengatur Emosi Tak Terkontrol Saat Demonstrasi

Kemarahan adalah emosi yang sehat dan normal. Tetapi jika kronis, kemarahan meledak di luar kendali.

oleh Meiristica Nurul diperbarui 18 Nov 2016, 12:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta Kemarahan adalah emosi yang sehat dan normal. Tetapi jika kronis, kemarahan meledak di luar kendali. Itu konsekuensi serius bagi hubungan, kesehatan, dan pikiran Anda.

Dengan manajemen kemarahan, Anda bisa belajar untuk menjaga emosi dari serangan hidup. Lantas, mengapa kemarahan yang dapat dikontrol tidak menghancurkan?

Emosi yang muncul karena kemarahan adalah tidak baik. Apapun bentuknya, emosi menyampaikan pesan bahwa situasi itu menjengkelkan, atau tidak adil, bahkan mengancam. Namun jika reaksi kemarahan Anda meledak, maka pesan tidak akan sampai.

Tujuan dari manajemen kemarahan tidak menekan perasaan marah melainkan untuk memahami pesan di balik emosi dan mengekspresikan dengan cara yang sehat tanpa kehilangan kontrol.

Jika Anda melakukannya, Anda bukan hanya merasa lebih baik tapi juga terpenuhi kebutuhan Anda. Menguasai seni manajemen kemarahan membutuhkan praktik. Semakin banyak berlatih, semakin mudah, dilansir laman Helpguide, Jumat (18/11/2016).

1. Eksplor di balik kemarahan

Masalah kemarahan sering berasal dari apa yang telah Anda pelajari sebagai seorang anak. Jika melihat orang lain saling pukul, melempar sesuatu mungkin Anda berpikir ini adalah kemarahan yang seharusnya diungkapkan.

Dalam rangka mengekspresikan kemarahan, Anda harus berhubungan dengan apa yang benar-benar dirasa. Bisa saja berkaitan dengan malu, rasa tidak aman, sakit hati, atau kerentanan.

Sebagai orang dewasa, Anda mungkin sulit mengakui perasaan selain marah. Kemarahan juga bisa menjadi gejala dari masalah kesehatan yang mendasar seperti depresi, trauma, atau stres kronis.

2. Kenali tanda-tanda peringatan kemarahan

Ada tanda-tanda peringatan fisik bahwa tubuh sedang mempersiapkan diri untuk bereaksi. Dengan mengenalinya kemungkinan Anda dapat mengambil langkah untuk mengelola kemarahan sebelum mendidih.

3. Mengelola kemarahan pada saat itu

Dalam situasi tertentu, argumen dengan atasan misalnya, mengambil waktu untuk berjalan-jalan atau melampiaskan di tempat gym tidak praktis. Tarik napas dalam-dalam, membantu menangkal meningkatnya ketegangan.

4. Cari bantuan profesional

Jika Anda sudah mencoba teknik manajemen kemarahan tersebut, namun masih di luar kendali mungkin Anda membutuhkan bantuan lebih lanjut. Banyak terapis, kelas, maupun program untuk orang yang memiliki masalah manajemen kemarahan. Mintalah bantuan, itu bukan tanda kelemahan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya