Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI) enggan berkomentar mengenai isu penarikan dana besar-besaran (rush money) di bank pada 25 November 2016. Manajemen BEI menyatakan belum mengetahui isu tersebut.
Direkur Perdagangan dan Pengaturan Anggota BEI Alpino Kianjaya tak menjelaskan dampaknya pada pasar modal. Namun, dia menuturkan, kondisi pasar modal dalam kondisi baik. Hal itu ditunjukkan dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat usai tertekan sampai 4 persen pekan lalu saat Donald Trump terpilih menjadi presiden Amerika Serikat (AS).
"Di Bursa tidak dengerin hal itu. Di Bursa waktu pertama turun 4 persen sekejap sebentar saja, tapi besoknya recover lagi. Meningkat lagi 2 persen," kata dia di BEI Jakarta, Jumat (18/11/216).
Baca Juga
Advertisement
Dia mengatakan, kondisi ini seharusnya menjadi keuntungan bagi investor lantaran harga saham telah menjadi lebih murah.
"Justru di situ peluang investor memanfaatkan jangan ikut panik, Indonesia bagus, ekonomi tidak ada apa-apa. Trump Effect itu sementara, itu di sana. Investor tetap lirik Indonesia," tambah dia.
Alpino berpendapat, para investor sudah cerdas dalam menghadapi isu yang berkembang di masyarakat. Menurut dia, pemilik modal tentu menimbang benar tidaknya suatu isu sebelum memutuskan untuk berinvestasi.
"Kita yakin investor-investor sudah jeli mana yang benar, mana yang tidak. Saya sendiri tidak tahu, belum baca. Tahu dari mana saya sendiri tidak tahu. Di Bursa tidak ada, selama 3-4 hari sampai Jumat, domestik investor yang beli," ujar dia.