Liputan6.com, Jakarta - Indonesia saat ini menjadi negara yang memiliki perkembangan industri dirgantara yang mulai diperhitungkan di dunia. Melalui PT Dirgantara Indonesia (Persero), berbagai produk yang diciptakannya mulai banyak digunakan negara lain.
Yang terbaru, PTDI tengah mengembangkan pesawat jenis turboprop (balik-baling) yang digunakan untuk penerbangan komersil jarak pendek. Pesawat ini dinamakan N-219. Saat ini pesawat anyar itu sudah diperkenalkan keluar hanggar, namun beberapa komponennya masih dalam proses sertifikasi.
Baca Juga
Advertisement
Direktur Utama PTDI Budi Santoso mengungkapkan meski belum melakukan terbang perdana, namun dari hasil pameran yang diselenggarakan, sudah banyak pihak yang menyatakan minatnya untuk membeli pesawat ini.
Tak tanggung-tanggung, negara asal benua Afrika, Nigeria juga menyatakan siap memborong pesawat tersebut jika nantinya telah diproduksi.
"Salah satunya (Nigeria), bahkan mereka menawarkan untuk assembly di sana, mereka siap beli 100 pesawat," kata Budi saat berbincang dengan Liputan6.com seperti ditulis, Sabtu (18/11/2016).
Meski begitu, Budi mengaku belum bisa memutuskan pernyataan menggembirakan dari Nigeria tersebut. Saat ini PTDI tengah konsentrasi melakukan sertifikasi dan setelah itu akan dilakukan terbang perdana. "Kalau sudah terbang, nanti baru kita bicarakan lagi soal komitmen itu," tegas Budi.
Seperti dikatakan Budi sebelumnya, beberapa perusahaan asal Benua Afrika tersebut, banyak pesawat dengan tipe yang sama yang banyak digunakan di negaranya namun kini berusia uzur. Ini karena produsen pesawat tersebut sudah tidak memproduksinya lagi.
Untuk itu, mereka memburu N-219 ini karena pesawat jenis ini akan menjadi idola baru di langit-langit Afrika nantinya. Komitmen ini diakui Budi menjadi semangat tersendiri bagi PT DI untuk segera merampungkan produksi N-219. "Jadi mereka melihat ini untuk masa depannya Afrika," tambah Budi.
Tak hanya perusahaan luar negeri, Budi mengaku juga telah disiapkan perjanjian jual beli dengan perusahaan dalam negeri. Perusahaan ini dikatakannya siap membeli 40-60 unit N219. Hanya saja Budi masih enggan menandatangani kontrak tersebut sebelum N-219 terbang perdana.
Tak mau menyebutkan nama perusahaan itu, Budi hanya menjelaskan jika ini memiliki bisnis di penerbangan perintis.
"Buat saya itu 40-60 unit itu produksinya sekitar 3-4 tahun. Kan sekarang 12 unit per tahun, nanti akan naik jadi 24 unit pesawat per tahun. Jadi ini yang kita kerjakan," papar dia. (Yas/Ndw)