Masa Depan Pasar Waru Semarang Usai 3 Kali Terbakar Hebat

Pasar ini dibangun pada 2004, semasa Wali Kota Sukawi Sutarip.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 20 Nov 2016, 12:32 WIB

Liputan6.com, Semarang - Usai kebakaran yang ketiga kalinya, arah renovasi Pasar Waru Semarang akan dikembalikan kepada tujuan awal pendirian. Saat dibangun, Pasar Waru ditujukan untuk menampung para pedagang kaki lima yang biasa mangkal di Jalan Progo dan Jalan Citarum.

Pasar ini dibangun pada 2004, semasa Wali Kota Sukawi Sutarip. Saat itu, Sukawi dikenal dengan kebijakan membangun tanpa menggusur, sehingga sebelum dipindahkan, tempat baru yang lebih nyaman untuk para PKL sudah dibangun.

Relokasi dilakukan untuk normalisasi saluran air di jalan Progo dan peninggian serta pelebaran Jalan Citarum.

Sebagai tempat relokasi, Pasar Waru kemudian berkembang tanpa meninggalkan roh sebagai penampungan PKL barang bekas. Penjual barang bekas mulai dari alat-alat pertukangan, onderdil peralatan elektronik, hingga pakaian pantas pakai menjadi sajian utama.

Mulai 2011, pasar semakin berkembang dengan kemunculan pedagang kebutuhan pokok. Lokasi bangunan semakin layak disebut pasar tradisional karena komoditi yang diperjualbelikan semakin lengkap.

Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, akrab disapa Ita, menyebutkan akan berdiskusi dengan para pedagang dan Wali Kota agar pasar Waru menjadi sentra penjualan barang "klitikan" atau barang-barang bekas yang masih bagus.

Seperti di Yogyakarta yang memiliki pasar klithikan, berisi penjual aneka barang-barang bekas, termasuk barang kuno, hal itu akan menjadikan Pasar Waru Indah menjadi salah satu tujuan wisata belanja para kolektor.

"Pedagang-pedagang di Pasar Waru Indah harus dikelompokkan dalam klaster-klaster, terlebih adanya pasar klitikan sendiri dapat menjadi 'jujugan' (rujukan utama) apabila ingin mencari atau menjual barang-barang antik atau lawas," kata Ita kepada Liputan6.com, Sabtu, 19 November 2016.

Menurut dia, klaster pedagang bertujuan untuk mengangkat nama pasar klitikan Waru Indah agar lebih dikenal masyarakat luas. "Kalau sudah ada  klaster, ketika warga Semarang mencari barang antik, barang lawas atau jual beli barang bekas langsung tertuju ke wilayah ini," kata dia.

Menurut dia, revitalisasi sesungguhnya bukan berarti membongkar atau merobohkan bangunan, tetapi menata dengan apik dan bersih agar pedagang maupun pembeli dapat merasakan kenyamanan berbelanja. Hanya saja ketika sudah terjadi kebakaran, mau tak mau harus dibangun ulang yang lebih bagus.

"Penanganan terpadu dengan pengadaan trayek atau transportasi ke arah Pasar Waru Indah agar dapat mudah diakses oleh masyarakat Kota Semarang. Yang utama, penataan drainase juga harus lebih bagus agar tak ada banjir atau genangan air" kata Ita.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya