Apa Terobosan Baru di Festival Teater Jakarta 2016?

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Festival Teater Jakarta (FTJ) tahun ini dirancang dengan beragam terobosan baru.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 20 Nov 2016, 19:41 WIB

Liputan6.com, Jakarta Festival Teater Jakarta (FTJ) kembali digelar. Mengusung tema “Transisi”, FTJ tahun ini akan berlangsung selama 19 hari, mulai 21 November hingga 9 Desember 2016, yang diikuti 265 teater selama penyisihan. Selain menggelar pertunjukan, FTJ 2016 juga akan diramaikan dengan beragam lokakarya yang dibuka untuk umum, pameran dan diskusi arsip, pasar seni, hingga jajanan kuliner di kafe aktor.

Menurut informasi yang diterima Liputan6.com, Minggu (20/11/2016), FTJ 2016 akan dibuka di Plaza Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki pada Senin 21 November pukul 19.00 WIB. Pembukaan ini ditandai dengan pementasan kolaborasi sejumlah seniman berjudul T.T.T (To the Tit), yang disutradarai Yustiansyah Lesmana (Jakarta), Dramaturgi Taufiq Darwis (Bandung), dan Ensamble Tikoro (Bandung). Pertunjukan ini berlangsung di sekitar instalasi bambu berbentuk paus raksasa berjudul The Leviathan Lamalera karya Jonas Sestakresna, seniman asal Denpasar.

Kelompok teater yang akan tampil di FTJ 2016 sendiri dibagi ke dalam "empat sayap", yaitu Sayap Utama, Sayap Tamu, Sayap Klasik, Sayap Perspektif. Sayap Utama berisi penampilan 16 grup teater yang menjuarai babak penyisihan Festival Teater Jakarta di lima wilayah DKI Jakarta. Sayap Tamu menampilkan empat kelompok teater undangan, yaitu Jaring Project (Yogyakarta), Artery (Jakarta), Padepokan Seni Madura (Madura), Sena Didi Mime Indonesia (Jakarta). Sementara Sayap Klasik adalah pentas grup-grup teater tradisional yang hingga kini masih bertahan di Jakarta, seperti Lenong Denes Puja Betawi, Sahibul Hikayat Ita Saputra, Wayang Orang Bharata, Sandiwara Sunda Miss Tjitjih. Sedangkan Sayap Perspektif adalah penampilan dua kelompok di malam pembukaan (kolaborasi seniman) dan penutupan (kelompok MuDa dari Jepang).

AfrizalMalna selaku Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta mengatakan, “Ini merupakan terobosan baru bagi FTJ yang berusaha mengangkut kerja lintas media dan keberagaman sudut pandang dalam melihat media teater.”

Tema "Transisi" diambil sebagai upaya untuk melepas batas antara tradisi dan modern. Dalam konteks sejarah seni pertunjukan Indonesia, pelaku seni pertunjukan teater sering kali terjebak dalam pemilihan bentuk teater yang ekstrem. Ketika salah satu bentuk teater dipilih, teater modern misalnya, maka mereka akan meninggalkan teater tradisional.

“Pada kenyataannya, teater tradisional ini masih ada di pasar dan memiliki pasar,” kata Afrizal.

Dengan melepas batas, diharapkan teater-teater tradisional bisa terlibat lagi dengan perubahan-perubahan yang terjadi sekarang. Para pelaku teater yang terlibat dalam pementasan FTJ, baik modern maupun tradisional, diharapkan bisa menghasilkan karya yang melepas batas-batas dikotomi antara tradisional-modern.

Transisi juga menjadi visi Dewan Kesenian Jakarta untuk mengubah citra orientasi Festival Teater Jakarta. Menurut Afrizal, FTJ saat ini belum bisa beranjak dari anggapan masyarakat dan juga pelaku seni itu sendiri, bahwa festival itu hanya sekadar sebagai lomba.

“Kami ingin FTJ lebih dari sekadar lomba. Diharapkan kelompok teater yang tampil bisa memosisikan diri sebagai sebuah seni pertunjukan yang mampu merespons kondisi lingkungannya,” ujar Afrizal.

Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Jakarta Irawan Karseno menyambut baik kerja keras Komite Teater DKJ untuk mengakomodasi program-program berskala nasional maupun internasional. Kerja sama DKJ dengan berbagai pihak bertujuan mencapai posisi tawar terbaik bagi dunia kesenian.

“Kami ingin mengajak seluruh pemangku kepentingan, terutama pemerintah (daerah dan nasional) untuk menjadikan kembali kesenian sebagai aspek penting dan strategis bagi kehidupan,” kata Irawan.

Kepala Bidang Sumber Daya Kebudayaan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Supriyatin, mengatakan, instansinya sangat mendukung berbagai kreativitas seni melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Bukan hanya FTJ, tetapi kami juga mendukung kegiatan teater lain, di antaranya Festival Teater SMA dan Festival Teater Anak.

“Melalui Unit Pelaksana Pusat Pendidikan Seni Budaya, kami bekerja sama dengan para seniman untuk melakukan pelatihan-pelatihan bidang teater,” kata Supriyatin.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya