Liputan6.com, Jakarta Tak hanya perselingkuhan atau KDRT yang bisa membawa pernikahan Anda pada malapetaka. Kebiasaan-kebiasaan kecil ini tanpa kita sadari juga bisa membawa dampak buruk pada hubungan Anda dengan pasangan. Setelah menikah, kita bukan lagi individu yang bebas melakukan apa pun. Ada orang lain yang akan merasakan dampak dari setiap tindakan, pilihan, dan gaya hidup Anda. Seperti yang dilansir dari Family Share, Rabu (23/11/2016) inilah beberapa kebiasaan tersebut.
1. Gaya hidup lebih dari kemampuan
Berapapun pemasukan Anda, jangan sampai gaya belanja Anda melebihinya. Mudahnya membayar dengan kartu kredit dan cicilan, tanpa perhitungan yang cermat, bisa membuat besar pasak daripada tiang. Berapa pun penghasilan, menguap tanpa jejak. Dari gaya makan, liburan, seri gadget, perabotan, otomotif, hingga kebutuhan rumah tangga, stay on budget.
2. Selalu berpikiran negatif
Setiap hari, ada saja yang dikeluhkan. Dari kondisi rambut, rumah berantakan, baju sudah out of date, tetangga menyebalkan, teman kerja eksploitatif, perabotan rumah sudah tua, dan banyak lagi hal lain yang bisa bikin kita kesal. Masalah memang akan datang terus, akan tetapi jangan sampai masalah membuat pikiran kita jadi negatif. Sebab, pikiran negatif itu melelahkan, bukan hanya untuk kita, tetapi juga orang yang ada di sekeliling kita akan terbawa negatif.
Advertisement
Meletakkan prioritas pada hal lain
3. Meletakkan prioritas pada hal lain
Setelah menikah, pasangan haruslah menjadi prioritas dalam keputusan besar, maupun keputusan-keputusan kecil sehari-hari. Ketika prioritas itu bergeser, entah itu karena karier, teman, keluarga besar, atau apa pun, yang membuat Anda melupakan faktor pasangan, ia pun akan merasa bukan sosok yang penting bagi Anda. Bayangkan, hal itu ia pendam selama bertahun-tahun. Suatu saat, Anda pun bukan lagi prioritasnya
4. Menghindari kemesraan fisik
Meski seks bukan penentu segalanya, akan tetapi sentuhan fisik dan keintiman adalah bahan bakar yang penting dalam pernikahan.
5. Tidak bicara dengan kode
Kadangkala kita enggan mengungkapkan apa yang kita mau sebenarnya dan berpikir bahwa pasangan seharusnya tahu sendiri. Umpamanya, pasangannya ulang tahun, kok tidak menyiapkan kado. Saat anniversary, malah meeting di luar. Mau bilang terus terang, kok, sungkan. Alhasil, kita pun sibuk
memberi sinyal dan kode-kode ke pasangan. Jika pasangan bingung dan bertanya, “Kenapa, ada masalah?” Lalu Anda jawab, “Ah, tidak apa-apa,” tapi dalam hati berharap ia bisa membaca emosi dan pikiran Anda. Meskipun pasangan adalah soulmate, lupakan bahasa telepati dan kode. Ungkapkan saja secara blak-blakan, agar ia tahu apa yang Anda rasakan dan inginkan. Sehingga hubungan pernikahan Anda pun tetap terjaga.
Ficky Yusrini