Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arrmanatha Nasir mengatakan, Pemerintah Indonesia punya kontribusi besar dalam menciptakan perdamaian di Rakhine State Myanmar, antara pemeluk Buddha dan umat Rohingya.
Pria yang kerap disapa Tata ini menjelaskan, kontribusi terlihat jelas saat Indonesia membangun sekolah di wilayah itu. Rumah pendidikan tersebut pun dibuat bagi banyak etnis di sana.
Advertisement
"Di lapangan sendiri pemerintah Indonesia di Rakhine State, kita telah membuat sekolah yang baik buat orang Islam dan orang non-Islam," ujar Tata di kantor Kemlu, Senin 21 November 2016.
Selain secara khusus di Rakhine State, Indonesia juga berperan aktif dalam membantu kemajuan Myanmar di beberapa sektor.
"Secara bilateral kita terus selama ini mendorong dan bekerjasama memajukan demokratisasi dan memajukan prinsip HAM dan desentralisasi," kata Tata.
Apa yang dilakukan Indonesia dijalankan dengan dasar yang tepat. Yaitu agar Myanmar ke depannya bisa lebih baik di segala sektor, dibanding saat ini.
"Pada intinya kita terus mendorong dan siap bantu Myanmar hadapi permasalahan saat ini," tutur dia.
Untuk masa sulit yang terjadi di Myanmar sekarang ini, Indonesia pun membuka tangan demi membantu mereka, jika ada permintaan langsung.
"Kita siap, bicara dan membantu apabila mereka ingin belajar dari pengalaman kita sebagai sesama negara multi etnis bagaimana kita menjaga keharmonisan negara kita," kata dia.
"Kita siap sampaikan bantuan kapasitas mengenai demokrasi prinsip HAM terus kita ingatkan," pungkas Tata.
Pembangunan sekolah Indonesia di Myanmar berlangsung sejak 2013 lalu. Total ada tiga unit Sekolah Dasar yang dibangun di Rakhine.
Demi membangun sekolah tersebut, pemerintah mengucurkan dana sebesar USD 1 juta.
"Bantuan itu sebagai upaya penyelesaian masalah di Rakhine State yang tengah mengalami konflik komunal, diwujudkan dengan membangun tiga unit sekolah dasar," kata Duta Besar Indonesia untuk Republik Uni Myanmar ketika itu, Sebastianus Sumarsono seperti dikutip dari Antara News.
Pada kesempatan tersebut, Sebastianus mengungkapkan bahwa Myanmar cukup terbuka dalam menerima bantuan dari Indonesia.