Liputan6.com, New York - Dalam dua minggu terakhir, Prak Geun-hye telah menjadi Presiden Korea Selatan yang paling tidak disukai. Presentase penerimaan masyarakat terhadap dirinya hanya berkisar 5 persen. Ia bahkan tidak lagi disukai oleh generasi muda Korea Selatan.
Seperti dilaporkan economist.com, Selasa (22/11/2016) sebanyak satu juta orang turun ke jalan di Seoul untuk memaksa presiden mengundurkan diri. Banyaknya massa yang tergabung dalam demo tersebut membuat aksi tercatat sebagai demonstrasi terbesar Korea Selatan sejak tahun 1987.
Kemarahan warga Korsel bermula dari dugaan Presiden Park membiarkan orang dekatnya, Choi Soon-sil, mempengaruhi urusan negara. Padahal, Choi tidak punya posisi apapun dalam pemerintahan.
Baca Juga
Advertisement
Choi dituduh berupaya memeras dalam jumlah besar dari perusahaan-perusahaan Korea Selatan dan kini ditahan atas tuduhan pemalsuan dan penyalahgunaan wewenang. Ia juga diduga menggunakan kedekatannya dengan Park untuk meminta sumbangan bisnis untuk yayasan yang dikelolanya.
Skandal tersebut menghancurkan citra politik Park yang dibina dengan berhati-hati sebagai pemimpin tidak dapat disuap. Hal itu juga telah membuatnya semakin terjepit dan tidak berdaya.
Presiden Park telah menyampaikan dua kali permintaan maafnya pada penduduk Korea Selatan. Penyidik juga ingin untuk memanggil ia sebagai saksi agar kondisi bisa kembali normal.
Namun nampaknya, hal tersebut tidak berjalan sesuai rencana. Rakyat dan parlemen yang didominasi oleh partai oposisi tetap menginginkan Park turun dari jabatannya.
Partai oposisi mendesak Presiden Park menyerahkan wewenang kepada perdana menteri baru. Oposisi juga menyatakan ragu terhadap tawaran Park yang sebelumnya akan menyerahkan kekuasaan pada perdana menteri pilihan parlemen untuk mengambil kendali pemerintahan.
Survei yang dilakukan oleh sebuah lembaga riset Korea Selatan menunjukkan dukungan untuk Park turun dari jabatannya sebagai presiden terus meningkat. Selama tiga minggu terakhir prosentase dukungan terus meningkat dari 42 persen ke angka 74 persen. (Vna/Gdn)