Liputan6.com, Jakarta - Mengenakan setelan jas hitam berbaju putih, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menghadiri perjamuan dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta Pusat. Surya yang tiba pada pukul 07.30 WIB disambut hangat oleh sang presiden.
Keduanya terlihat berdialog sambil sarapan di beranda Istana Merdeka. Tidak ada makanan yang disajikan di meja. Hanya terlihat jus jeruk, kerupuk, dan nasi yang mulai disendokkan ke piring masing-masing.
Advertisement
Usai sarapan bersama, Jokowi mengungkapkan ada tiga hal penting yang menjadi fokus pembicaraan dengan Surya Paloh. Salah satunya terkait radikalisme.
"Yang sangat penting pemerintah bertekad dengan seluruh kekuatan, saya ulang pemerintah bertekad dengan seluruh kekuatan untuk mencegah tumbuh kembangnya paham paham radikalisme di negeri kita Indonesia," ucap Jokowi, Selasa pagi, 22 November 2016.
Pertemuan dengan pemimpin partai politik hari itu terus berlanjut. Pada siang hari, perjamuan di meja makan kembali digelar di Istana. Kali ini, Jokowi santap siang bersama Ketua Umum PPP Romahurmuziy.
Selesai pertemuan, Jokowi melangsungkan acara dengan bertemu Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto. Setnov, begitu ia disapa, tiba pukul 16.26 WIB. Dia tampak mengenakan pakaian batik lengan panjang cokelat kebiruan.
Terus Konsolidasi
Setelah berkeliling mengunjungi sejumlah tokoh ormas Islam dan TNI-Polri serta ulama, Jokowi mengubah langkah. Konsolidasi dilakukan di meja makan Istana dengan para pemimpin partai pendukung.
Konsolidasi dilakukan untuk menenangkan suasana bangsa. Suhu Indonesia memang terasa mulai menghangat setelah adanya aksi yang digelar berbagai ormas Islam pada Jumat, 4 November 2016.
Bahkan, TNI dan Polri mencium adanya upaya makar kepada pemerintahan Jokowi-JK yang dibalut dengan berbagai unjuk rasa lanjutan yang rencananya digelar pada 25 November dan 2 Desember 2016.
Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto mengaku langkah konsolidasi yang dilakukan Jokowi memiliki arti penting bagi kehidupan berbangsa. Yaitu memberikan ketenangan bagi masyarakat.
"Saya memberikan hormat pada beliau karena dalam situasi keadaan ini, bisa memberi kekuatan kembali kepada masyarakat dan khususnya kesejahteraan rakyat," kata Setya Novanto usai makan bersama Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa, 22 November 2016.
Hal senada disampaikan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. Usai bertemu Jokowi, dia mengungkapkan saat ini peran para elite negeri sangat penting. Terutama guna menyejukkan suasana dan memberikan keteladanan.
"Elite ini penting sekali, elite-elite bangsa Ini. Yang dibutuhkan negeri saat ini adalah keteladanan. Semangat keteladanan itu harus diberikan dari waktu ke waktu, di mana saja, kapan saja oleh para elite bangsa ini," ujar Surya.
Menurut Surya, dalam kondisi sekarang Indonesia membutuhkan ketenangan. Stabilitas ini sangat diperlukan untuk bisa terus membangun negara di tengah kondisi ekonomi yang tengah sulit.
"Itu tidak bisa ditawar-tawar lagi," dia menegaskan.
Kawal Kasus Ahok
Terkait dengan aksi lanjutan pada 2 Desember, Ketua Umum PPP Romahurmuziy mengimbau agar umat Islam tidak perlu kembali menggelar unjuk rasa. Ia mengajak masyarakat lebih baik mengawal proses hukum terhadap Ahok ketimbang turun ke jalan.
"PPP sebagai partai Islam tertua di Indonesia dihuni oleh para kiai sejalan dengan musyawarah nasional ulama pekan lalu yang dibuka bapak Presiden, kami mengimbau agar aksi 2 Desember 2016 untuk tidak dilaksanakan," ujar pria yang akrab disapa Romi ini.
Dia juga mengajak pemimpin umat, pemimpin massa atau siapa pun yang memegang kantung umat di Indonesia untuk bersama mewujudkan Indonesia yang damai, sejuk, dan harmonis. Selain itu, proses hukum yang sudah berjalan terhadap Ahok juga perlu dikawal dengan tanpa melakukan aksi-aksi dan pemusatan massa yang dapat mengganggu ketertiban umum.
"Meskipun terlepas dari keinginan diadakannya aksi secara damai, saya kira lebih penting kita meredam emosi umat kemudian melakukan anger management," Romi menjelaskan.
Jokowi tampaknya tengah menjalin komunikasi kembali dengan para ketua umum partai. Rangkaian pertemuan ini dilakukan setelah konsolidasi dengan ulama dan aparat keamanan selesai dilakukan.
Sebelumnya, Jokowi bertemu Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto di Istana Kepresidenan pada Kamis, 17 November 2016. Tak lama setelah itu, Jokowi bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Jokowi menganggap pertemuan itu merupakan hal biasa yang sering dilakukan olehnya. Hanya saja selama ini kegiatan tersebut dilakukan secara tertutup.
"Dengan Pak Prabowo, dengan Ibu Mega, dengan Pak Surya Paloh, kelihatannya ada sesuatu yang sangat serius sekali padahal hal-hal seperti itu harian kita lakukan hanya tidak dipublis, tidak diliput media," ujar Jokowi.
Dengan dibukanya aktivitas tersebut ke publik, Jokowi berharap masyarakat mengerti bahwa semua elemen di negara ini sependapat dalam menjaga keutuhan negara dan menjunjung tinggi perdamaian.