Liputan6.com, London - Kekayaan rumah tangga Inggris anjlok sebesar US$ 1,5 triliun atau sekitar Rp 20.204 triliun (asumsi kurs Rp 13.469 per dolar Amerika Serikat) imbas dari Inggris keluar dari Uni Eropa atau Britain Exit (Brexit).
Hal itu berdasarkan laporan Credit Suisse mengenai kekayaan global. Penurunan kekayaan rumah tangga itu dipicu dari nilai mata uang Inggris pound sterling anjlok sekitar 15 persen.
Dikutip dari laman CNN Money, Kamis (24/11/2016), Credit Suisse mengungkapkan total penurunan kekayaan US$ 1,5 triliun itu sekitar 10 persen dari kekayaan rumah tangga. Penurunan kekayaan rumah tangga itu termasuk aset investasi dan aset riil seperti perumahan.
Sementara itu, rumah tangga di Turki dan Kolombia bernasib lebih baik dari pada di Inggris. Sedangkan Meksiko, Mesir, Rusia, Ukraina dan Argentina juga mencatatkan penurunan terbesar ketimbang Inggris.
Baca Juga
Advertisement
Strategi pemerintah Inggris belum jela terkait negosiasi keluar dari Uni Eropa tahun depan. Namun, tidak mungkin Inggris akan mampu pertahankan akses ke satu blok perdagangan Eropa.
"Prospek Inggris sangat tidak pasti baik ekonomi dan kekayaan rumah tangga," tulis credit suisse.
Laporan credit suisse menyebutkan kalau kekayaaan global naik 1,4 persen pada tahun lalu. Ini sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Kawasan Asia Pasifik termasuk Jepang dan China termasuk catatkan kekayaan terbesar. Kekayaaan orang dewasa di negara itu naik 6,5 persen. Sedangkan kekayaan masyarakat di Eropa, Amerika Latin dan Eropa menyusut. Adapun ketidaksetaraan masih menjadi isu utama global.