Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat(AS) bergerak melemah tipis pada perdagangan Rabu pekan ini. Ketidakpastian ekonomi dunia masih menjadi beban bagi rupiah.
Mengutip Bloomberg, Rabu (23/11/2016), rupiah dibuka di angka 13.458 per dolar AS, melemah 15 basis poin jika dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.443 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.443 per dolar AS hingga 13.494 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah masih mampu menguat 2,2 persen.
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.473 per dolar AS. Melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.424 per dolar AS.
Pelemahan rupiah ini karena ada pelarian dolar AS dari negara-negara berkembang di Asia termasuk Indonesia. Sejak Donald Trump memenangkan pemilihan umum AS hingga saat ini, setidaknya terdapat kurang lebih US$ 11 miliar dana keluar dari Asia. Hal tersebut membuat nilai tukar dolar AS reli dan menekan mata uang lainnya.
Arus keluar dana dari India terbesa diantara negara-negara lain. Setelah India adalah Thailand. "Arus keluar dana-dana di kawasan Asia masih akan berlanjut dalam beberapa saat ke depan. Kebijakan Trump belum terlihat." jelas Analis Pasar Uang Mizuho Bank Ltd, Tokyo, Jepang, Masakatsu Fukaya.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, rupiah masih tertekan karena ketidakpastian masih tinggi. Rupiah yang sempat menguat akhirnya ditutup melemah di perdagangan Selasa sejalan dengan pelemahan SUN serta penguatan dolar AS di Asia.
Fokus domestik tertuju pada stabilitas politik dalam negeri menjelang pilgub DKI Jakarta serta rencana demonstrasi pada 2 Desember nanti. (Gdn/Ndw)