Liputan6.com, Beijing - Bagaimana rasanya tenar setelah menjadi selebritas dunia maya adalah pertanyaan sulit bagi bocah 8 tahun yang dijuluki Jack Ma Mini.
Ketenarannya berawal dari Hari Jomblo Nasional China yang digelar oleh Alibaba, si bocah, foto Fan Xiaoqin disandingkan dengan pendiri toko online secara daring pada tahun lalu.
Bahkan miliarder Jack Ma pun terkesan melihat kemiripan itu. Ia menulis di situs mikroblog serupa Twitter, Sina Weibo pada tahun lalu, "Dilihat sekilas, saya kira itu foto saya sewaktu masih kecil."
Advertisement
Ia menambahkan, "Perbedaan di antara kami adalah pada cara kami memasang kancing."
Terkesan dengan kemiripannya, Jack Ma berjanji akan membantu pendidikan 'tiruannya' itu. Sebab, Fan, terlahir dari keluarga miskin. Ayahnya tak punya kaki lengkap, sementara sang ibu mengalami polio. Kemalangan tersebut ditambah lagi dengan sang nenek yang menderita demensia.
Namun begitu, bocah dan keluarga miskin yang tinggal di County Yongfeng, Provinsi Jiangxi, China timur masih harus menanggung beban yang datang akibat ketenarannya.
Media-media lokal melaporkan puluhan 'turis' datang ke pelosok desa tempat Fan tinggal. Bahkan tetangganya pernah menghitung ada 50 orang mengunjungi Fan dan keluarganya dengan berbagai maksud. Demikian seperti dikutip dari en.people, Rabu (23/11/2016).
Beberapa di antaranya ada pengusaha atau perwakilan dari perusahaan yang datang untuk membantu Fan dan keluarganya. Mereka mengaku akan mendukung pendidikan bocah itu di masa depan.
Pernah, pada suatu hari, seorang pebisnis datang membawa uang tunai 6.000 yuan, TV LCD, dan bahan belanjaan. Ia lakukan untuk membantu keluarga Fan yang luar biasa miskin.
Namun, tak sedikit dari mereka yang datang untuk kepentingan komersial.
Misalnya, sebuah situs dari Beijing yang memfilmkan pengalaman dan keseharian fan Xiaoqin di rumahnya. Mereka merilis video itu dan disiarkan secara daring demi mendapat page view dan pengikut di dunia maya.
Beberapa pengusaha bahkan memaksa anak itu untuk berfoto bersama mereka untuk mempromosikan barang dagangannya.
Lahir dari keluarga sangat miskin, Fan dan kakak laki-lakinya tak pernah mengecap pendidikan sekalipun.
Mereka harus berjuang untuk makan. Satu-satunya uang adalah bantuan dari pemerintah serta hasil tak seberapa dari kerja serabutan Fan Jiafa. Karena 'ketenaran' anaknya, Jiafa harus pandai mengatur waktu antara bekerja dan menerima berbagai kunjungan dari berbagai macam orang. Ada dari LSM, pemerintah, wartawan atau pebisnis. Kunjungan itu justru membuatnya pusing.
Sayangnya, kedatangan 'tamu' tak diundang itu menjadikan keluarga miskin itu bahan omongan di antara penduduk desa. Beberapa mengklaim, Jiafa sengaja menggunakan anaknya untuk mendapat uang. Hal itu membuatnya kecewa.
"Ada saja yang berbicara seperti itu. Saya sedih. Tapi saya bersyukur ada satu dua orang yang datang membawa bahan makanan," kata Jiafa.
"Aku hanya punya satu keinginan, semoga kedua anak laki-lakiku bisa sekolah, setinggi mungkin," tambahnya.