Liputan6.com, Bandung - Waktu malam hari di Kota Bandung, Jawa Barat, menjadi kesempatan para penjahat jalanan, termasuk begal, beraksi. Warga Kota Bandung pun dibuat resah dengan aksi mereka yang tak segan melukai korbannya saat merampas barang berharga.
Kapolrestabes Bandung Kombes Winarto mengatakan, beberapa titik rawan aksi kejahatan jalanan di Kota Bandung telah menjadi perhatian khusus anggotanya. Dua tim bentukan Polrestabes Bandung pun gencar berpatroli dan menangkap para penjahat jalanan itu.
"Dua tim kita yaitu tim Prabu dan tim Kujang, terus melakukan patroli dan disebar di beberapa wilayah rawan. Mereka difokuskan untuk berpatroli di titik-titik rawan itu," ucap Winarto di Markas Polrestabes Bandung, Rabu (23/11/2016).
Menurut Winarto, beberapa kawasan rawan kejahatan di Kota Bandung masih kurang Penerangan Jalan Umum (PJU) dan Closed Circuit Television (CCTV). Dia mengaku, kekurangan itu menjadi kendala jajarannya mencegah serta mengusut aksi kejahatan jalanan yang kerap berubah-ubah tempat.
"Untuk menangani itu juga, kita terus melakukan evaluasi, bagaimana cara untuk mengungkap. Memang kebanyakan terjadi di tempat gelap dan tidak ada CCTV. Kita sudah minta ke Pemkot Bandung untuk memasang penerangan jalan dan CCTV. Kita sudah minta dari 2-3 minggu lalu," tutur Winarto.
Baca Juga
Advertisement
Di tempat yang sama, Kasat Reskrim Polrestabes Bandung AKBP M Joni mengatakan pihaknya telah mendata profil para penjahat jalanan. Rata-rata pelaku ternyata merupakan anak-anak putus sekolah yang mencari jari diri bergabung dengan kelompok bermotor.
Selama ini, menurut dia, kelompok bermotor maupun geng motor tidak berkontribusi bagi keamanan maupun pembangunan.
"Di Bandung ini, ada kultur mencari jati diri dan pergaulan bergabung kelompok bermotor, namun mereka identik dengan kegiatan kekerasan dan kejahatan seperti penganiayaan, pencurian. Sehingga dengan pola seperti itu, dianggap mereka biasa-biasa saja," kata Joni.
"Pencegahan ini bukan hanya polisi, tapi lingkungan keluarga juga, supaya tidak masuk dalam kategori gerombolan bermotor. Karena selama ini, kelompok bermotor tidak ada kontribusi keamanan dan pembangunan. Bahkan 75 sampai 80 persen pelaku kejahatan jalanan adalah anggota geng bermotor," Joni menambahkan.
Mabuk Sebelum Jahati Orang
Aksi kejahatan jalanan, kata Joni, kebanyakan diawali dengan berkumpul sambil mengonsumsi minuman keras di suatu tempat. Setelah mabuk karena terpengaruh alkohol, timbul keberanian dan niat untuk mencuri dengan kekerasan. Itu berlaku untuk semua kasus kejahatan jalanan yang terungkap di Bandung.
"Hasil curian dan rampasan mereka pun tidak semua dijual, tapi ada yang diserahkan kepada pimpinan kelompok bermotor mereka dulu. Nanti tergantung semaunya pemimpin mereka akan dibagikan, dijual, atau digunakan oleh pemimpin mereka," ucap Joni.
Joni menyebutkan, Tim Prabu Tim Kujang yang dipecah menjadi empat tim kini terus berupaya mencegah terjadinya kejahatan jalanan di Kota Bandung. Kurang lebih 15 titik rawan di Kota Bandung, khususnya Bandung Barat dan Bandung Tengah, menjadi perhatian khusus jajarannya untuk menggelar patroli serta memburu para pelaku kejahatan jalanan.
"Jumlah personel yang patroli setiap malam hari, kita tingkatkan baik dengan skala besar yaitu di Bandung Tengah dan Barat, di pos mobile di titik-titik curas (pencurian dengan kekerasan), termasuk ada tim patroli dan hunting," kata dia.
Joni mengungkapkan, kurang lebih 10 hari pihaknya telah mengamankan 19 penjahat dari 13 TKP di wilayah Bandung Tengah, Barat dan Timur. Dari hasil penangkapan tersebut, rata-rata pelaku merupakan anggota kelompok bermotor.
"Rata-rata curas menggunakan senjata tajam, senjata api mainan, dengan modus menuduh korban adalah kelompok bermotor. Dan, semua rata-rata pelaku dalam keadaan mabuk," kata Joni.