Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung tertekan pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Sentimen yang menjadi penekan IHSG adalah sentimen dari dalam negeri.
Pada penutupan perdagangan saham, Kamis (24/11/2016), IHSG turun dalam 104,37 poin atau 2 persen ke level 5.107,62. Indeks saham LQ45 naik 2,49 persen ke level 851,48. Seluruh indeks saham acuan parkir di zona merah.
Ada sebanyak 221 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sedangkan 86 saham menguat dan 84 saham lainnya diam di tempat.
IHSG sempat berada di level tertinggi 5.194,24 dan terendah 5.102,42. Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 317.394 kali dengan volume perdagangan 14 miliar saham. Nilai transaksi harian sekitar Rp 8,4 triliun.
Investor asing melakukan aksi beli sekitar Rp 11 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.548.
Baca Juga
Advertisement
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham memerah kecuali sektor saham perkebunan yang naik 1,12 persen. Sektor saham aneka industri turun 2,85 persen, dan catatkan pelemahan terbesar. Disusul sektor saham infrastruktur melemah 2,59 persen dan sektor saham keuangan tertekan 2,56 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham PYFA naik 34,82 persen ke level Rp 236 per saham, saham DSFI menanjak 34,78 persen ke level Rp 186 per saham, dan saham AIMS naik 30 persen ke level Rp 220 per saham.
Sedangkan saham-saham tertekan antara lain saham DART melemah 9,78 persen ke level Rp 406 per saham, saham JPRS tergelincir 9,66 persen ke level Rp 159 per saham, dan saham HDTX susut 9,56 persen ke level Rp 434 per saham.
Kepala Riset PT Universal Broker Securities Satrio menuturkan, sentimen dari regional sebenarnya cukup positif. Selain itu, harga komoditas juga terlihat membaik. "Aksi jual asing juga tak begitu besar jika dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya," jelas dia.
Pelemahan IHSG pada perdagangan hari ini semata-mata disebabkan oleh sentimen dari dalam negeri. Kondisi politik yang memanas membuat investor berjaga-jaga," tambah dia. (Gdn/Ndw)