Nilai Industri Fintech Indonesia Diprediksi Capai Rp 25T di 2017

Pembiayaan yang memanfaatkan teknologi atau fintech (financial technology) diperkirakan akan makin marak digunakan tahun 2017.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 24 Nov 2016, 18:10 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Pembiayaan yang memanfaatkan teknologi atau fintech (financial technology) diperkirakan akan makin marak digunakan tahun 2017.

Menurut Country TrueMoney Indonesia Joedi Wisoeda, mengutip data Bank Indonesia, nilai transaksi fintech bakal mencapai US 1,9 miliar atau sekitar Rp 25 triliun pada tahun 2017.

Ia menuturkan, pasar yang ingin dicapai pelaku industri fintech adalah mereka yang belum tersentuh layanan perbankan atau unbankable.

Joedi mengungkap, berdasarkan data Bank Indonesia hanya 60 juta orang yang memiliki rekening perbankan di tahun 2015. Itupun satu orang memiliki 2-3 rekening bank. Sehingga, diperkirakan hanya 20 juta penduduk yang dilayani oleh perbankan. Padahal, kata Joedi, jumlah penduduk di Indonesia lebih dari 250 juta jiwa.

"Bila ada sekitar 270 juta penduduk Indonesia, setengah populasi memiliki pendapatan, atau sekitar 135 juta, namun yang punya rekening hanya 20 juta orang. Maka yang belum punya rekening sekitar 115 juta orang," ujarnya saat menjadi pembicara dalam acara Indonesia Internet Expo and Summit yang digelar oleh APJII di Jakarta, Kamis (24/11/2016) di Jakarta.

Membidik pasar unbankable, TrueMoney pun menghadirkan layanannya di Indonesia. Perusahaan ini sebelumnya sudah masuk ke pasar Thailand, Kamboja, Vietnam, Filipina, dan Myanmar.

Menurut Joedi, salah satu alasan tingginya angka kelompok unbankable di Indonesia lantaran mereka belum teredukasi mengenai lembaga keuangan hingga penghasilan kecil yang membuat masyarakat enggan menabung di bank.

TrueMoney memanfaatkan ceruk tersebut dengan mulai memperkenalkan layanannya melalui agen di seluruh Indonesia yang kini jumlahnya mencapai 18.000 agen.

Menurut Joedi, ada lima tren layanan finansial yang berkembang tahun 2017. Di antaranya adalah customer experience atau pengalaman konsumen dalam menggunakan layanan e-Money, kemampuan big data analitics yang dimiliki perusahaan fintech, cashless society, automate financial mobile service, serta penggunaan biometrik untuk keamanan.

Meski begitu, Joedi mengingatkan bahwa lima tren itu akan sukses jika didukung oleh regulasi, distribusi massa, adanya kemitraan antar penyedia layanan, serta teknologi yang mendukung.

"Dari sisi regulasi, misalnya perlu ada integrasi antara e-Money satu dengan e-Money lainnya. Untuk itu, TrueMoney mulai bekerja sama dengan e-Money milik Indosat, Telkomsel dan XL. Sehingga mesin EDC kami bisa dipakai oleh mereka. Dengan demikian, penggunanya makin banyak," kata Joedi.

(Tin/Ysl)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya