Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia sedikit lebih tinggi menjelang pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada pekan depan guna membahas pelaksanaan usulan pengurangan produksi.
Melansir laman Reuters, Jumat (25/11/2016), harga minyak mentah berjangka Brent naik 12 sen menjadi US$ 49,07 per barel. Sementara minyak patokan AS West Texas Intermediate (WTI) naik 9 sen menjadi US$ 48,05 per barel.
Para pedagang mengatakan kegiatan pasar rendah seiring pelaksanaan liburan Thanksgiving di AS dan ada keengganan untuk mengambil taruhan harga besar di tengah ketidakpastian tentang rencana pimpinan OPEC terkait pemotongan produksi.
Baca Juga
Advertisement
OPEC dijadwalkan akan bertemu pada 30 November untuk mengkoordinasikan rencana pemotongan produksi yang sebelumnya disepakati di Aljazair pada bulan September, dengan menggandeng Rusia.
"Rusia bisa merevisi turun rencana produksi minyaknya pada 2017 jika pembekuan output global mulai berlaku, secara efektif akan ada pemotongan output 200 ribu-300 ribu barel per hari (bph)" kata Menteri Energi Rusia Alexander Novak.
OPEC kemungkinan akan mengusulkan jika produsen lain mengurangi produksinya sebesar 880 ribu barel per hari selama enam bulan mulai 1 Januari, menurut Menteri Energi Azerbaijan Natig Aliyev.
Namun sumber OPEC mengatakan kepada Reuters bahwa organisasi ini belum membuat proposal akhir bagi negara-negara non-OPEC terkait penurunan produksi bersama, yang akan dibahas pada 28 November di Wina.
Novak juga membantah angka 880 ribu bph dimaksud dan mengatakan bahwa OPEC sebelumnya telah mengusulkan bahwa negara-negara non-OPEC cukup memangkas produksi sebesar 500 ribu barel per hari.
Sementara itu, Menteri Energi Aljazair Noureddine Bouterfa dilaporkan akan bertemu dengan rekannya dari Iran, Menteri Bijan Zanganeh di Teheran pada hari Sabtu dalam upaya untuk memastikan bahwa produsen terbesar ketiga OPEC turut serta dalam pemotongan produksi.
"Meskipun dari 13 negara peserta, penolakan Iran untuk ikut pemotongan akan lebih dari cukup untuk membunuh kesepakatan," jelas Tamas Varga, Broker minyak PVM Oil.
Kebanyakan analis percaya bahwa bentuk pemotongan akan disepakati. Namun diakui ini belum pasti apakah akan cukup untuk menopang pasar yang telah mengalami kelebihan pasokan selama lebih dari dua tahun, menurut Badan Energi Internasional (IEA).