Kreatif, Pembelajaran bagi Para Guru Via Wayang Kardus

Wayang kardus ialah acara yang diselenggarakan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma

oleh Mulyono Sri Hutomo diperbarui 25 Nov 2016, 16:31 WIB

Liputan6.com, Jakarta Tantangan menjadi guru di era modern ini sangatlah besar. Tantangan yang dihadapi oleh guru tersebut adalah perkembangan teknologi yang begitu pesat. Misalnya, menciptakan kreativitas saat belajar mengajar di ruang kelas.

Dilansir dari laman usd.ac.id, mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma (USD) angkatan 2016 membuat acara wayang yang dipadukan dengan barang bekas yang diperlukan sekaligus berguna, yaitu kardus. Acara yang diberi nama Pagelaran Wayang Kardus dibuat sebagai media pembelajaran. Tak hanya itu, wayang kardus merupakan salah satu contoh bentuk nyata keprihatinan mahasiswa PGSD USD prihatin dengan pendidikan Indonesia saat ini.

“Wayang kardus bukan sekadar humor, tapi juga satir. Dengan menertawakan fenomena ‘pendidikan’ yang ada. Bagaimana di zaman sekarang para guru berpandangan ke Barat dan cenderung pusing dengan statusnya sebagai pendidik.

Mereka lupa dengan prinsip diri pendidik yang harusnya menjadikan muridnya sebagai subjek. Guru SD berkecimpung dengan anak-anak yang suka bermain dan seni, menawarkan berjuta cara untuk memberikan pendidikan melalui permainan. Harusnya guru SD peka dengan apa yang ada di sekitarnya dan dirinya sebagai Indonesia.

Bahwa di sekitarnya dan di Indonesia kaya akan budaya yang juga asik untuk dipertunjukan. Ini tentang bagaimana mereka melupakan dirinya sebagai guru dan dirinya sebagai Indonesia.” ucap MB Tejo Sampurno, M.A, dosen Universitas Sanata Dharma.

Wayang yang dipentaskan dalam sebuah pagelaran memiliki tema yaitu “Perjamuan Kardus”. Kata perjamuan kardus tentunya memiliki filosofi yang mendalam. Kata kardus yang menggambarkan individu atau calon guru SD dan perjamuan yang berarti berkumpul/bertemu/berkunjung. Kardus kerap kali dianggap sebagai sampah yang tidak berguna, hanya dapat digunakan untuk satu kali dan akan terlupakan untuk kemudian harinya. Mahasiswa PGSD USD memiliki harapan di kemudian hari sebagai guru tidak menjadi sebuah sampah atau sekali pakai. Simak kelanjutan artikel dengan mengeklik tautan berikut ini.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya yang sedang populer: Seorang Balita Kendarai Mobil Mainan di Jalan Raya. Yuk, berbagi di Forum Liputan6.

 

Penulis

Feny Sasmitha - Politenik Negeri Jakarta

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya