Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi belakangan ini belum berpengaruh pada kegiatan bisnis PT Pertamina (Persero). Selama ini kegiatan perusahaan Pertamina erat kaitannya dengan fluktuasi mata uang.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, saat ini Pertamina masih menjalankan bisnisnya dengan normal. Namun memang, perusahaan tetap mewaspadai pelemahan rupiah.
"Hingga saat ini masih berlangsung normal dan terus kami monitor," kata Wianda, saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Jumat (25/11/2016).
Menurut Wianda, strategi Pertamina dalam menjalankan bisnis juga tetap normal, meski saat ini kondisi rupiah mengalami keterpurukan. "Hingga saat ini masih normal saja," tegasnya.
Baca Juga
Advertisement
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus tertekan pada perdagangan menuju akhir pekan ini. Namun tekanan pada hari ini tidak akan sebesar kemarin.
Mengutip Bloomberg, Jumat (25/11/2016), rupiah dibuka di angka 13.470 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.558 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.513 per dolar AS hingga 13.582 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah masih mampu menguat 1,65 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.570 per dolar AS. Patokan pada hari ini melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.540 per dolar AS.
Dolar AS memang terus perkasa semenjak Donald Trump memenangkan pemilihan presiden di AS mengalahkan Hillary Clinton. Selain itu, rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (the Fed) juga ikut mendorong kenaikan nilai tukar dolar AS. (Pew/Gdn)