Diduga Tewas, Perekrut ISIS dari Australia Ternyata Serahkan Diri

Jaksa Agung Brandis mengatakan pada bulan Mei bahwa Prakash adalah anggota ISIS yang menonjol dan senior teroris perekrut dan fasilitator.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 25 Nov 2016, 22:01 WIB

Liputan6.com, Baghdad - Para pengikut ISIS tengah menjadi buruan pihak berwenang di mana pun. Salah satunya militan Australia bernama Neil Prakash.

Pemerintah Australia mengatakan, Neil Prakash yang merupakan seorang perekrut senior untuk ISIS telah tewas. Namun belakangan diketahui bahwa ia masih hidup dan ditahan di Timur Tengah.

Saat itu, Jaksa Agung George Brandis mengatakan dia meninggal di kota Mosul, Irak. Tapi New York Times pada Jumat ini melaporkan Prakash masih hidup, media tersebut mengutip sumber-sumber senior AS.

Prakash menyerahkan diri ke pihak berwenang Turki beberapa minggu yang lalu, demikian diberitakan Australian Broadcasting Corporation.

Menteri yang membantu Perdana Menteri bidang Kontra-Terorisme, Michael Keenan, mengatakan, pemerintah tidak bisa mengomentari masalah-masalah intelijen.

"Pemerintah melaporkan kematian Prakash pada bulan Mei, atas dasar saran dari pemerintah AS. Bahwa ia tewas dalam serangan udara," kata dia dalam sebuah pernyataan, Jumat (25/11/2016).

"Tapi seperti yang telah dikatakan sebelumnya, kapasitas pemerintah untuk mengkonfirmasi laporan kematian di Suriah atau Irak terbatas. Tempat-tempat ini adalah zona perang, dengan banyak ruang tanpa pemerintahan," jelas Keenan.

Perekrut dan fasilitator Penyerangan

Prakash yang juga dikenal sebagai Abu Khaled al-Cambodi dikaitkan dengan plot penyerangan di Australia. Wajahnya juga muncul di video propaganda dan majalah kelompok ISIS.

Menggunakan akronim dari nama lain ISIS, Jaksa Agung Brandis mengatakan pada bulan Mei bahwa Prakash adalah "anggota ISIS yang menonjol dan senior teroris perekrut dan fasilitator penyerangan".

"Prakash dikaitkan dengan beberapa rencana serangan yang berbasis di Australia dan menyiapkan serangan tunggal melawan Amerika Serikat," beber Brandis.

"Dia secara aktif merekrut pria, wanita dan anak-anak Australia, dan mendorong aksi terorisme."

Pria kelahiran Melbourne campuran Kamboja dan Fiji itu masuk Islam dari sebelumnya memeluk Buddha pada tahun 2012. Dia meninggalkan Australia menuju Suriah pada tahun 2013.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya