Liputan6.com, New York - Harga emas tergelincir ke level terendah baru dalam sembilan bulan. Sepekan ini, harga emas susut dua persen sejak indeks dolar Amerika Serikat sentuh level tertinggi dalam 10 tahun.
Penguatan dolar AS cenderung tertahan menjelang akhir pekan ini. Pasar memperkirakan bank sentral AS atau the Federal Reserve tidak akan mendorong kenaikan suku bunga cukup tinggi pada Desember 2016. Akan tetapi, suku bunga the Federal bakal naik lebih tinggi pada tahun depan.Suku bunga AS tinggi berdampak negatif untuk komoditas emas dan positif untuk dolar AS.
Pada perdagangan menjelang akhir pekan ini, harga emas tergelincir US$ 10,30 atau 0,9 persen ke level US$ 1.179 per ouncce. Penurunan harga emas itu terendah sejak Februari.
Sementara itu, harga perak menguat 7 sen atau 0,5 persen ke level US$ 16,465. Selama sepekan, harga perak tergelincir 0,4 persen usai awal pekan ini sentuh level terendah.
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan indeks dolar AS tergelincir 0,2 persen terhadap enam mata uang menjadi 101,45. Penurunan dolar AS seiring pelaku pasar lebih memilih pegang kas.
"Kami melihat langkah menaikkan suku bunga menjadi alasan utama harga emas tertekan," ujar Carsten Fritsh,Analis Commerzbank seperti dikutip dari laman Marketwatch, Jumat (26/11/2016).
Selain itu, dalam dua minggu ini, imbal hasil surat berharga bertenor 10 tahun naik menjadi 2,4 persen dari 1,7 persen.
"Banyak pelaku pasar harap bank sentral AS menaikkan suku bunga untuk beberapa kali dalam beberapa bulan mendatang seiring inflasi menguat sejak kemenangan Trump, dan mereka melakukan aksi jual," kata Fritsch.
Dengan data ekonomi AS menguat, pasar keuangan harap bank sentral AS menaikkan suku bunga dalam pertemuan pertengahan Desember.
Selain spekulasi soal kenaikan suku bunga bank sentral AS, pasar juga dipengaruhi musim liburan akhir tahun segera tiba. Diharapkan penjualan membaik dalam black friday. Tahun lalu penjualan naik 5,5 persen.