Liputan6.com, Havanna - Masa pemerintahan Fidel Castro di Kuba tak bisa dilepaskan dari insiden di Teluk Babi. Kejadian ini disebut-sebut sebagai tonggak sejarah kekuasaan Castro di negara tersebut.
Pada 1961, hubungan AS dan Kuba berada di titik nadir. Kedua negara yang tadinya bersahabat berubah total jadi musuh besar.
Castro jadi pemimpin usai menumbangkan, Fulgencio Batista. Eks presiden tersebut dituding sebagai boneka AS dan juga seorang diktator.
Tidak suka dengan paham yang dibawa Castro, Presiden AS ketika itu Dwight Eisenhower memutus hubungan negaranya dengan Kuba. Keputusan besar diambil pada 3 Januari 1961.
Keputusan AS itu, malah menjadi titik bagi Castro untuk semakin menyerukan perlawanan terhadap Negeri Paman Sam.
Tepatnya, pada 14 April, ia mengubah paham yang dianut Kuba. Di tanggal tersebut Kuba jadi negara sosialis.
Baca Juga
Advertisement
Tiga hari kemudian kejadian besar menghantam Kuba. Sebanyak 1400 warga yang diusir dari negara itu melakukan invasi.
Mereka masuk dari salah satu daerah paling terpencil di Selatan Kuba, Teluk Babi.
Tujuan mereka masuk dan menginvasi Kuba lewat Teluk Babi cuma satu, yaitu menggulingkan rezim Fidel Castro.
Upaya penggulingan rezim tersebut berlangsung penuh darah. Pertempuran pecah antar Militer Kuba dan pemberontak.
Hasilnya tak bisa diduga, pasukan anti-Castro berhasil dikalahkan. Ratusan orang meregang nyawa dan 1.000 lainnya ditangkap.
Setelah kejadian, Kuba langsung mengarahkan sasarannya ke AS. Mereka menuding negara tersebut sebagai otak invasi di Teluk Babi.
AS menolak segala tuduhan. Tapi kenyataan berkata lain, para pasukan yang melakukan invasi ternyata dilatih dan dipersenjatai oleh CIA.