Liputan6.com, Jakarta "Siapa yang mau di-dongeng? Yang mau, ayo ke sini!," kata Ega. Teriakan perempuan berambut gimbal dikepang kuda berhasil menggiring para murid yang sudah berkumpul sejak pukul 06.30 WIT masuk dan duduk dengan rapi di teras Istana Mini.
Murid-murid yang berasal dari SDN 3 Neira, SDN 1 Kecamatan Banda, SD Inpres Neria Kecamatan Banda, SDN 4 Banda, dan sejumlah PAUD di Pulau Banda Neira terlihat sudah tidak sabar pengin segera mendengar cerita dari Ariyo Zidni (Ayo Dongeng Indonesia) dan Fauziah Syafarina Nasution (Bintang Nutricia). Dongeng yang akan Ariyo dan Ririn bawakan berjudul "Warnamu Bagus, Tapi Rasamu Enak?".
Advertisement
Fauziah Syafarina Nasution, Head of External Communications ELN & Nutricia Medical Indonesia, mengatakan, pesan dari dongeng itu tidak lain ingin mengenalkan sayur dan buah, warna sayur dan buah, dan manfaat dari kedua jenis makanan sehat tersebut. Dengan harapan, anak jadi tertarik untuk menyantap buah dan sayur sehingga asupan nutrisi mereka terpenuhi.
"Siapa yang sarapan suka makan nasi?," kata wanita berjilbab yang akrab disapa Ririn, bertanya ke anak-anak sebelum memulai dongeng. Semua anak mengangkat tangan yang tinggi sambil berteriak "Saya, saya, saya makan nasi". Respons yang sama juga terjadi saat Ririn bertanya siapa saja yang suka makan ikan, suka makan ayam, suka makan tomat, dan suka makan brokoli.
Seakan semua makanan yang disebutkan Ririn benar-benar mereka santap setiap hari. Padahal, pengakuan dari para ibu yang menemani anak-anaknya, brokoli dan jamur merupakan dua sayuran yang tak pernah mereka masak. Bahkan, sekadar melihat bentuk dan memegang brokoli dan jamur saja tidak pernah.
Kemudian, Ririn memanggil monyet yang diperankan oleh Ariyo. Tak lama, Ririn "menyulap" diri sendiri menjadi beberapa jenis sayuran dan buah agar lebih mudah berinteraksi dengan anak-anak tersebut. Tokoh pertama yang diperankan Ririn adalah tomat.
"Warnaku?," kata Ririn bertanya ke anak-anak. "Merah," kata anak-anak itu. "Hijau juga ada," kata seorang anak laki-laki dari SDN 3 Neira yang duduk di depan Ririn.
Saat Ririn tanya apa rasa tomat, semuanya serempak menjawab,"Asam."
Jawaban justru terdengar beragam saat Ririn mengganti peran tomat dengan terong. Semula anak-anak itu tampak bingung. Malah mereka menganggap terong sebagai anggur karena kesamaan warna, yaitu ungu.
"Bukan, aku bukan anggur, tapi aku terong. Ibu memasakku menjadi lebih lembut," kata Ririn. Namanya anak-anak, sebagian dari mereka ngotot kalau Ririn sedang berperan sebagai anggur, bukan terong yang biasa dimasak kenari oleh masyarakat Banda Neira.
"Bukan, itu anggur," kata salah seorang murid sambil menunjuk ke arah Ririn.
Ririn senang dapat menyampaikan manfaat makan buah dan sayur melalui dongeng. Secanggih apa pun teknologi hari ini, tidak dapat menggeser kegiatan mendongeng sebagai medium pengajaran untuk mengajak si Kecil menjalani pola hidup sehat dari dini.
Kendala klasik gizi anak tidak terpenuhi karena si Kecil kurang suka makan sayur dan buah dengan alasan rasa yang tidak enak.
Kemudian, orangtua yang seharusnya memberi contoh dengan terlebih dulu memperlihatkan bahwa makan sayur dan buah adalah kegiatan menyenangkan, justru memaksa si Kecil untuk mau makan sayur dan buah.
"Oleh karena itu, Bintang Nutricia ingin menghidupkan kembali tradisi mendongeng dengan mempromosikan pola hidup sehat sedari dini, baik bagi orangtua maupun anak," kata Ririn di Istana Mini, Pulau Banda Neira, Ambon, Maluku, Minggu (27/11/2016)
Merasa yakin bahwa salah satu medium sederhana dan paling mudah dilakukan agar anak mau makan sayur dan buah adalah dongeng, Bintang Nutricia terlebih dulu melakukan penelitian kecil-kecilan di PAUD binaan yang berada di sekeliling kantor mereka.
Semula, anak-anak yang lebih menyukai jajanan seperti makanan yang manis dan gorengan, perlahan mulai meminta ke ibu mereka untuk dimasakkan sayuran dan dibelikan buah. Tanpa perlu dipaksa, si Kecil yang meminta langsung agar setiap kali makan ada sayur dan buah.
"Waktu itu kita belikan kiwi. Kiwi yang rasanya asam, kita potong-potong, lalu kita taruh di depan mereka. Ya, awalnya menolak, karena asam. Namun, karena cara memperkenalkannya lewat dongeng sambil mengajak mereka untuk memakannya, tanpa sadar buah yang ada di hadapan mereka habis. Mereka ikut makan," kata Ririn.
Menurut Ririn, tugas orangtua adalah memenuhi gizi anak-anaknya dan menyadarkan untuk mulai menjalani pola hidup sehat sejak dini. Sebab, merujuk pada riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, sebanyak 37 persen anak Indonesia mengalami stunting. Bahkan, Indonesia masuk ke dalam daftar 17 negara dengan tiga masalah gizi serius, yaitu stunting, wasting, dan obesitas.