Liputan6.com, Mountain View - Divisi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence, AI) milik Google, DeepMind, kembali merekrut karyawan baru yang nantinya akan dipekerjakan sebagai tim khusus untuk menangani pengembangan kecerdasan buatan.
Sebagaimana dilansir Business Insider, Senin (28/11/2016), tim khusus ini bertugas mengantisipasi jika kecerdasan buatan yang mereka kembangkan bisa "salah arah" atau bekerja dengan aturan yang tidak diinginkan.
Meski berbagai kemungkinan telah diminimalisasi, tetap saja mereka harus siaga. Pasalnya, kecerdasan buatan bisa jadi lebih pintar dari cara manusia berpikir.
Tim tersebut dinamai "AI Safety Group", yang beranggotakan Viktoriya Krakovna, Jan Leike, dan Pedro Ortega. Tidak disebutkan secara spesifik mengapa dan kapan mereka bergabung ke DeepMind.
Namun, Krakovna, salah satu karyawan tim, diketahui merupakan lulusan PhD dari Harvard University. Ia juga mendirikan institut bernama Future of Life Insititute di Boston bersama cosmologist MIT, Max Tegmark, dan co-founder Skype, Jaan Tallinn.
Institut tersebut bertugas mengembangkan solusi untuk mengurangi risiko berkembangnya kecerdasan buatan yang bisa membahayakan umat manusia. Dengan kata lain, mereka mengkaji dan membuat kecerdasan buatan sebagaimana mestinya agar tidak hilang "kodrat".
Baca Juga
Advertisement
DeepMind sendiri awalnya merupakan sebuah pusat riset dan pengembangan kecerdasan buatan yang berbasis di London, Inggris.
Pada 2014, Google mengakuisisi DeepMind dengan nilai Rp 6,7 triliun. Tujuan DeepMind adalah mengembangkan sistem AI yang bisa belajar dan berpikir sendiri tanpa bantuan manusia.
Sejauh ini, algoritme sistem AI buatan DeepMind digunakan untuk bermain gim, seperti gim papan Go. Nantinya, DeepMind juga akan mengembangkan AI untuk skala yang lebih besar.
Sayangnya, eksistensi kecerdasan buatan masih diragukan dapat membantu keberadaan manusia. Kecerdasan buatan nyatanya juga dapat memberikan akibat lain bagi kehidupan manusia secara umum. Salah satunya adalah di bidang efisiensi dan kebutuhan kerja.
Penggunaan kecerdasan buatan diprediksi mampu meningkatkan pendapatan perusahaan tanpa campur tangan manusia. Oleh sebab itu, ada kemungkinan pekerja manusia akan dikikis sedikit demi sedikit.
(Jek/Isk)