Liputan6.com, Jakarta Beberapa minggu terakhir beredar informasi di media sosial yang menyebutkan bahwa vaksin HPV yang dilakukan untuk mencegah kanker serviks bisa menyebabkan menopause dini. Benarkah?
Hal ini dibantah langsung oleh anggota Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI), Prof. Andrijono, saat konferensi pers, Senin (28/11/2016).
Advertisement
Menurut dia, vaksin HPV terbukti aman karena tidak mengandung virus melainkan hanya kulit virusnya saja yang diambil, sehingga tidak menyebabkan infeksi atau efek samping (badan panas) seperti vaksin lainnya.
Jadi masyarakat, terutama para orangtua dari anak-anak kelas lima SD yang mengikuti imunisasi vaksin HPV, yang sudah dilaksanakan pemerintah sejak Oktober 2016 ini di seluruh DKI Jakarta tidak perlu khawatir lagi.
"Pada usia tersebut (usia 9-13 tahun), sistem kekebalan tubuh masih sangat baik dan stabil, sehingga mereka akan terlindung dari virus HPV dan tidak memerlukan imunisasi ulang. Bahkan, risiko akan berkurang sebanyak 70 persen," kata Andrijono.
Namun jika baru melakukannya di usia SMA atau sudah dewasa, sistem kekebalan tubuh tidak sekuat di usia 9 hingga 13 tahun, sehingga mereka perlu melakukan tiga kali imunisasi yang tentunya memakan lebih banyak biaya dan juga risiko tidak terkena kanker serviks hanya turun 40 persen.
"Kalau anak-anak usia sembilan sampai 13 tahun sudah melakukan vaksin HPV dan misalnya mereka menikah dini di usia 15 tahun, dia sudah terproteksi dari kanker serviks jika misal pasangannya kurang bersih. Jadi paling baik melakukan vaksin HPV di usia tersebut," tuturnya.
Andrijono menyesalkan perihal isu negatif ini. Dia juga menjelaskan, hingga saat ini belum ada laporan efek samping yang serius. "Hanya paling sakit di tempat suntikannya saja, lokal," ujarnya.
Sedangkan keluhan suhu badan panas relatif sedikit, jarang sekali, bahkan dan tidak ada hubungannya dengan menopause dini.