Liputan6.com, London - Coba bayangkan jika sebuah wabah ganas menyerang peradaban manusia, di mana hanya dalam beberapa minggu nyaris semua populasi Bumi musnah. Di tengah kekacauan itu, Anda merupakan salah satu orang dari sedikit yang selamat.
Jika hal itu terjadi, kira-kira apa yang akan Anda lakukan? Apa yang akan menjadi prioritas utama?
Advertisement
BBC mengungkap kronologi yang dilewati seseorang yang mampu bertahan hidup dalam sebuah kehancuran di dunia. Terinspirasi dari buku The Knowledge: How to Rebuild Our World from Scratch karangan Profesor Lewis Dartnell dari University of Westminster, berikut penjabarannya:
Hari-Hari Pertama
Karena tidak ada orang yang memantau dan memelihara pembangkit listrik, aliran listrik akan terputus dengan cepat. Namun adanya panel surya atau generator portabel, listrik dapat bertahan sementara.
Internet juga dengan segera tak dapat digunakan, karena mesin server di baliknya akan kehilangan tenaga. Namun, ponsel masih dapat digunakan sebagai alat navigasi selama beberapa minggu.
Pada hari-hari pertama, prioritaskan untuk menemukan persedaian air minum kemasan, makanan kaleng, dan pakaian outdoor yang layak.
Minggu-Minggu Pertama
Dalam minggu-minggu awal mungkin Anda akan bertemu dengan korban selamat lainnya. Perlakukan orang asing dengan hati-hati dan waspada sampai Anda menemukan sebuah gerombolan kecil yang dapat Anda percaya dan mengandalkan perlindungan bersama. Hal tersebut dapat meningkatkan efektivitas untuk pencarian bahan pangan dan persediaan.
Dalam minggu-minggu awal, daerah perkotaan akan mulai menjadi tak nyaman. Dengan tidak adanya listrik dan penerangan, tinggal di rumah pedesaan dengan perapian untuk penghangat dan memasak akan terasa lebih nyaman.
Namun, Anda masih bisa mengunjungi perkotaan untuk mengambil persediaan makanan, sementara Anda masih belajar untuk membuat segala sesuatunya sendiri.
Bulan dan Tahun Awal
Bulan-Bulan Pertama
Anda akan menaruh perhatian lebih untuk mengamankan minuman dan menghidari penyakit yang bisa terbawa oleh air. Merebus air merupakan cara yang baik untuk membunuh patogen, tapi hal itu membutuhkan banyak bahan bakar.
Memang menggunakan tablet pemurni dapat membantu menjernihkan air, namun stok tersebut akan habis sehingga Anda perlu untuk membuatnya sendiri. Sambil menunggu membuat klorin sendiri, Anda dapat menggunakan disinfektan surya.
Teknik tersebut telah diajarkan ke sejumlah negara berkembang oleh WHO. Caranya adalah dengan mengisi botol plastik dengan air dan meninggalkannya di bawah sinar Matahari selama satu atau dua hari. Sinar ultraviolet dari Matahari akan menembus botol dan membunuh patogen.
Selain memurnikan air, mencuci tangan juga efektif untuk menghambat penyebaran penyakit. Sabun dapat dibuat dengan menghidrolisis lemak hewan atau minyak tumbuhan dengan merebusnya menggunakan alkali.
Alkali merupakan salah satu bahan kimia terpenting sepanjang sejarah dan dapat diekstraksi dari lingkungan. Kalium karbonat yang merupakan salah satu zat alkali dapat diekstrak lewat air yang menetes melalui abu dari kayu api dan soda abu dari rumput laut.
Tahun-Tahun Pertama
Karena persediaan makanan yang diawetkan akan habis, para korban selamat akan mengalami kelaparan jika tidak menanam makanannya sendiri. Meski kegiatan itu tidak serumit membuat komputer, namun banyak orang yang tak mengetahui cara menanam dengan baik.
Masalahnya tidak sampai di situ. Tanaman sejenis serealia harus diolah melalui proses yang cukup panjang agar bisa dimasak dan dikonsumsi oleh tubuh. Dalam hal tersebut, orang-orang yang masih bertahan hidup harus menciptakan teknologi yang dapat digunakan untuk menggiling serealia.
Selain itu, untuk menjaga tanaman agar tetap subur diperlukan pupuk alami yang bisa diperoleh dari sisa tanaman dan kotoran hewan. Untuk menekan keasaman tanah, menebarkan kapur atau batu gamping merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan.
Dekade dan Abad Awal
Dekade Awal
Karena komunitas menjadi semakin mandiri dan tak mengandalkan bahan-bahan yang tersisa, kemampuan tradisonal seperti membuat alat-alat logam dan menjaga mesin agar tetap berjalan menjadi hal yang perlu dipelajari.
Kemajuan peradaban juga tak dapat dipisahkan dari peranan teknologi yang terbukti dapat meringankan beban manusia. Oleh karenanya, menerapkan teknologi adalah suatu keharusan agar manusia dapat terus maju.
Karena kebanyakan teknologi membutuhkan bahan bakar, maka mereka yang tetap bertahan hidup dapat membuat biodiesel untuk menjalankan mesin--karena minyak mentah menjadi bahan langka. Biodiesel dapat diperoleh melalui minyak hewan atau tanaman yang beraksi dengan metanol.
Dalam industri kimia yang baru lahir, Anda dapat memanfaatkan ekstrak tanaman. Misalnya saja etanol yang didapatkan dari feremntasi biji-bijian, merupakan pelarut serbauan dan disinfektkan efektif.
Abad Awal
Dalam jangka waktu yang panjang, salah satu cara bagi masyarakat pasca-kehancuran untuk memajukan dan mengembangkan kembali pengetahuan serta kemampuan adalah dengan memahami cara kerja alam.
Hal itu digunakan untuk menerapkan pemahaman guna memanfaatkan prinsip-prinsip tertentu dalam menciptakan teknologi yang bermanfaat.
Cara terbaik untuk memastikan metode ilmiah tersebut adalah dengan menguji teori secara ketat terhadap eksperimen atau pengamatan fenomena alam. Namun, diperlukan alat untuk mengamati hal tersebut secara efektif.
Mereka yang dapat bertahan hidup pasca-bencana dapat perlu membuat tabung kaca untuk mempelajari soal reaksi kimia, termometer dan barometer guna memahami temperatur dan tekanan, serta membuat mikroskop dan teleskop.
Untuk membuat kaca sederhana guna menciptakan alat itu, hal yang dibutuhkan adalah silika, soda, dan kapur yang dapat diperoleh dari pasir, rumput laut, dan batu kapur.
Dengan adanya perlengkapan untuk menunjang ilmu pengetahuan, pola pikir rasional dan kemauan untuk terus bertanya, Anda bisa berharap bahwa masyarakat pasca-kehancuran perlahan-lahan akan bangkit dan terhindar dari Zaman Kegelapan.
Meski diperlukan waktu panjang untuk membangunnya, namun dengan kecerdikan manusia kita memiliki potensi untuk membangun kembali bahkan memperbaiki peradaban.