Anak Suriah Ini Kirim Tweet Memilukan di Tengah 'Hujan' Bom

Bana Alabed men-tweet "tak bisa hidup lagi" ketika sejumlah bom jatuh di dekat rumahnya.

oleh Citra Dewi diperbarui 28 Nov 2016, 19:31 WIB

Liputan6.com, Aleppo - Seorang anak perempuan bernama Bana al-Abed telah menjadi "wajah" dari ratusan ribu warga Suriah yang kelaparan, sakit, dan terluka. Gadis berusia tujuh tahun itu kerap melaporkan keadaan yang dialaminya selama perang berkecamuk di wilayahnya, Aleppo timur, lewat cuitan dalam akun Twitter-nya.

Pada Sabtu 26 November 2016, Bana mengunggah pesan memilukan ketika sejumlah bom jatuh di dekat rumahnya.

"Pesan terakhir - di bawah serangan berat sekrang, tak bisa hidup lagi. Ketika kami meninggal, teruslah berbicara untuk 200.000 orang yang masih hidup. Selamat tinggal," tulis akun Twitter Bana Alabed.

Di akhir pesan itu bertuliskan "Fatemah", yang merupakan ibu dari Bana.

Puluhan warga diyakini tewas akibat pemboman tersebut. Rumah Bana hancur, namun ia dan keluarganya selamat.

Tak lama setelah itu, ia mengunggah foto dirinya yang tertutup dengan debu pada Senin 28 November 2016. "Malam ini kami tak memiliki rumah, itu dibom dan aku terkubur dalam reruntuhan. Aku melihat kematian dan hampir mati," tulis Bana.

Itu bukan kali pertama Bana mengunggah foto yang memilukan hati.

Bana mengunggah foto dirinya yang berbalut debu sesaat setelah rumahnya dibom (Twitter/Bana Alabed)

Seringkali Bana membagi gambar jasad yang berlumuran darah dan debu. Di antara korban tersebut merupakan anak-anak yang besar dan bermain dengan Bana.

Melalui tweet-nya, situasi yang kian memburuk di Suriah menjadi lebih jelas. Laporan dari jurnalis yang terjebak di kota tersebut merupakan bukti lebih lanjut dari hal tersebut.

Seorang jurnalis freelance Mohamed Shbebb mengatakan, makanan dan bantuan darurat semakin menipis. Terputusnya rute pasokan pun tak memungkinkan adanya bantuan yang masuk.

"Semua rumah sakit di kota ini tak berfungsi lagi. Jadi mereka yang terluka berada dalam risiko karena terbatasnya bantuan media," ujar Shbbeb.

"Situasi memburuk setiap hari. Persediaan makanan hampir habis. Semua toko tutup. Beberapa orang menjual sayuran yang mereka tanaman di kebun. Makanan lain tak tersedia lagi," imbuh dia.

Jatah makanan dari PBB terkahir dibagikan pada 11 November lalu. Meski demikian, diyakini 275.000 orang terperangkap dalam kedinginan, kelaparan, dan berada di bawah ancaman.

Namun terdapat kabar cukup melegakan yang datang pada akhir pekan lalu. The Syrian Observatory for Human Rights mengatakan, sebanyak 400 warga sipil dibebaskan dari Aleppor timur.

Media pemerintah Suriah melaporkan, pasukan pemerintah telah merebut Masaken Hanano, distrik terbesar di Aleppo yang dikuasai pemeberontak. Hal tersebut dinilai sebagai terobosan besar bagi rezim Assad untuk merebut kembali seluruh kota.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya