Liputan6.com, Pekanbaru - Hujan deras beberapa hari terakhir mengguyur Kabupaten Rokan Hulu, Riau, membuat beberapa desa di Kecamatan Rambah Hilir terendam banjir. Jalan lintas provinsi juga sempat terputus akibat genangan air yang menghambat kendaraan lewat.
Menurut Kabid Humas Polda Riau AKBP Guntur Aryo Tejo, setelah menerima laporan dari Kapolres Rokan Hulu AKBP Yusup Rahmanto, banjir mencapai ketinggian 80 centimeter. Warga yang terdampak banjir sudah mengevakuasi barang untuk diselamatkan.
"Petugas gabungan dari kepolisian dan aparatur pemerintah setempat membantu warga mengangkut barang," ucap mantan Kapolres Pelalawan ini, Senin (28/11/2016).
Baca Juga
Advertisement
Guntur menerangkan, banjir mulai terjadi sejak Minggu, 27 November 2016. Luapan sungai akibat tak mampu menahan debit air karena hujan merendam rumah dan fasilitas umum lainnya.
"Untuk jalan lintas, ada dua yang sempat terputus akibat tingginya genangan air yang berkisar antara 60 sampai 80 centimeter. Akibatnya kendaraan mengular hingga tiga kilometer," Guntur menerangkan.
Dia menjelaskan, banjir di Desa Rambah Kumu, Kecamatan Rambah Hilir menyebabkan 344 jiwa mengevakuasi barangnya ke tempat yang lebih tinggi. Sebagian ada yang mengungsi dan sebagian lagi masih tetap bertahan menjaga rumah.
"Meski demikian, tidak ada korban jiwa. Hanya saja banjir ini juga menyebabkan terganggunya distribusi hasil perkebunan. Untuk kerugian materiel masih dalam perhitungan," sebut Guntur.
Saat ini, pemerintah daerah dibantu kepolisian sudah menurunkan perahu mesin untuk membantu warga. Juga disediakan ?kebutuhan dasar seperti makan dan minum serta mendistribusikan nasi bungkus.
"Dan saat ini tengah direncanakan pembukaan dapur umum. Pasalnya, hujan masih diprakirakan terus terjadi. Ditambah lagi ada peringatan dari BMKG tentang hujan deras, disertai petir dan tiupan angin kencang," kata Guntur.
Ribuan Rumah Terendam di Cilacap
Hujan terus-menerus yang terjadi dalam beberapa terakhir ini membuat ribuan rumah warga Cilacap terendam banjir. Banjir susah surut karena intensitas hujan cenderung lebat setiap harinya.
Banjir tersebut disebabkan oleh meluapnya sejumlah sungai. Daerah yang paling parah dilanda banjir, yakni di Kecamatan Majenang, Cimanggu dan Wanareja.
"Tiga sungai besar, yakni Sungai Cijalu, Cilopadang dan Sungai Cikawung meluap karena tak mampu menampung air," kata Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Tri Komara Sidhymengatakan, Senin (28/11/2016).
Ia mengatakan banjir semakin parah lantaran beberapa tanggul jebol hampir bersamaan. Kata Komara, melimpasnya tiga sungai disebabkan hujan ekstrem atau super deras yang terjadi sejak Minggu sore hingga malam.
Komara merinci, di Kecamatan Majenang, empat desa terdampak banjir. Yakni Desa Pahonjean, Mulyadadi, Mulyasari, dan Padangjaya. Sedangkan di Kecamatan Cimanggu, banjir menyebabkan Desa Bantar, Karangreja dan Rejodadi terendam. Akibat kejadian tersebut, ratusan warga pada Minggu malam sekitar pukul 20.30 WIB mengungsi ke tempat lebih aman.
Komara menjelaskan, pagi ini sebagian wilayah yang terdampak banjir sudah surut. Sebab, banjir bersifat bandang, sehingga cepat surut. Namun begitu, warga harus membersihkan material yang terbawa banjir.
"Selain merendam rumah penduduk, banjir juga merusak ratusan hektare tanaman padi di tiga kecamatan tersebut," kata dia.
Sementara di wilayah barat daya Cilacap, banjir yang merendam dua desa, yakni Sidareja dan Gunungreja, semakin tinggi akibat melaupnya Sungai Cibeureum.
Manajer Pusat Pengendali Operasi BPBD Cilacap, Gatot Arif Widodo mengatakan, pihaknya mempersiapkan tiga lokasi pengungsian, yakni di Gedung Koramil Sidareja, Balaidesa Sidareja, dan Aula Kecamatan Sidareja.
"Kerugian masih kami hitung," kata Gatot.
Gatot mengungkap, selain banjir, longsor dilaporkan juga terjadi di ruas jalan menuju Desa Bolang, Kecamatan Dayeuhluhur, Negarajati dan Cilumuh, Kecamatan Cimanggu, serta sejumlah desa di Kecamatan Majenang. Akibatnya, sejumlah desa sempat terisolasi. Bahkan, hingga saat ini, aliran listrik menuju desa tersebut juga terputus.
Gatot menambahkan, hari ini BPBD Cilacap mulai mendistribusikan bantuan logistik untuk wilayah terdampak. BPBD juga mengerahkan relawan dan warga masyarakat untuk bekerja bakti menyingkirkan material longsoran yang menimpa jalan.
"Kendati tidak sampai menyebabkan korban jiwa, banjir kali ini diperkirakan mengakibatkan kerugian hingga ratusan juta rupiah," Manajer Pusat Pengendali Operasi BPBD Cilacap itu memungkasi.
Pasukan Selam Siaga di Bandung
Selain Rokan Hulu dan Cilacap, banjir juga kerap melanda Kota Bandung, Jawa Barat. Lantaran itulah, Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bandung menyatakan bersiaga penuh sampai awal tahun 2017 untuk mengantisipasi bencana alam di Jawa Barat.
Hal itu dilakukan sesuai dengan pernyataan resmi dari Gubernur Ahmad Heryawan yang mengatakan provinsi penyangga ibu kota negara tersebut statusnya Siaga Bencana hingga Mei 2017.
Menurut Kepala Seksi Penanggulangan Bencana PMI Kota Bandung, Usep Iman, dalam status Siaga Bencana ini otoritasnya didukung oleh Divisi Penyelamatan dengan peralatan selam.
"Jadi setiap ada kejadian, maka kita bisa koordinasi dengan pihak SAR, pemadam kebakaran dan yang sama-sama mempunyai alat selam, kita bisa ikut turun memakai peralatan selam," ujar Usep Iman di Bandung, Senin (28/11/2016).
Usep menjelaskan, pasukan selam yang terdiri dari 25 orang itu akan diseleksi lagi, sehingga mereka siap dikerahkan. Ia menambahkan, selain menyiagakan pasukan selam, sebanyak 30 anggota dan empat ambulans juga disiapkan.
"Sebelum maraknya kejadian bencana baik di Kota Bandung ataupun Jawa Barat, kita selalu siap 24 jam meski tidak dalam status Siaga Bencana dari atasan kita," ujar Usep.
Sebab, imbuh dia, usai banjir bandang menerjang Garut, disusul dengan banjir di Kota Bandung, secara otomatis PMI meningkatkan kewaspadaan terkait peristiwa bencana alam.
"Kita selalu koordinasi dengan seluruh Markas PMI di seluruh Jawa Barat dan siap saling bantu apabila terdapat PMI lainnya yang sedang menangani bencana alam," kata dia.
Menurut Usep Iman, PMI Kota Bandung saat ini sedang melatih puluhan calon anggota Korps Sukarela (KSR) yang nantinya akan diturunkan pula dalam Siaga Bencana di Jawa Barat. Misalnya, menangani bencana banjir dan longsor.