Liputan6.com, Jakarta Pemerintah bertekad menjadikan industri agro sebagai sektor unggulan dalam jangka panjang. Salah satunya dengan mendorong pola kemitraan antara pelaku industri dan petani.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto mengatakan, dengan dukungan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia punya potensi besar dalam pengembangan industri agro.
Tumbuhnya industri ini diharapkan mampu menyejahterakan masyarakat dan menghasilkan devisa bagi negara.
"Langkah strategis yang dilakukan Kementerian Perindustrian adalah meningkatkan program kemitraan yang terintegrasi antara pelaku industri dengan petani," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (29/11/2016).
Baca Juga
Advertisement
Menurut Panggah, pola kemitraan yang mengaitkan antara perusahaan inti dengan petani plasma mempunyai kekuatan ekonomi yang cukup tinggi.
Selain dapat mengatasi kendala pendanaan maupun kualitas produksi petani, pola kemitraan ini akan menjamin pemasaran maupun tingkat harga hasil produksi petani.
“Perusahaan inti juga memperoleh manfaat yang besar, antara lain dapat memasarkan produknya kepada plasma mitra mereka atau mereka mendapatkan jaminan pasokan bahan baku dari mitranya,” dia menjelaskan.
Sebab itu, lanjut Panggah, pihaknya telah mendorong pelaku industri agar melakukan kerja sama kemitraan dengan kelompok petani yang bertujuan untuk memperhatikan aspek ekonomis, kualitas, kuantitas, dan kontinuitas pasokan bahan baku.
“Hal ini akan mendapatkan nilai tambah secara optimal karena rantai tata niaga lebih efisien,” ujar dia.
Panggah menyampaikan, beberapa subsektor di industri agro yang telah melakukan pola kemitraan terintegrasi yang cukup baik, antara lain industri susu, industri hilir kelapa sawit, industri gula, dan industri pengolahan kakao. "Kami yakin pola kemitraan ini akan juga memacu pertumbuhan industri agro nasional,” ungkap dia.
Berdasarkan data BPS, industri agro mampu tumbuh sebesar 6,64 persen sampai dengan kuartal III 2016. Dari sisi kontribusi terhadap PDB industri pengolahan non-migas, sektor agro menyumbangkan 46,95 persen pada kuartal III 2016 atau naik dibandingkan 2015 yang bernilai 45,42 persen.
“Peran industri agro disumbangkan oleh sub sektor industri makanan dan minuman sebesar 32,82 persen, industri pengolahan tembakau 5,17 persen, dan industri hasil hutan dan perkebunan 8,95 persen,” jelas Panggah.
Sementara itu, nilai ekspor industri agro sampai Oktober 2016 mencapai US$ 29,94 miliar. Sedangkan, nilai investasi PMDN di industri agro sampai semester I tahun 2016 sebesar Rp 10,68 triliun dan investasi PMA sebesar US$ 2,41 miliar. (Dny/Nrm)