Liputan6.com, Jakarta - Penipuan melalui internet kembali datang dengan modus baru. Kali ini, sejumlah scammer (penipu siber) ternyata memakai metode yang kerap digunakan pengembang ransomware. Melalui cara ini, para penipu siber itu berhasil membuat skema penipuan yang lebih rumit dan menghasilkan.
Menurut laporan terbaru dari Malwarebytes, modus operandi dalam penipuan ini tak berbeda dari sebelumnya. Namun, metode yang digunakan kali ini mengambil modus dalam beberapa kasus serangan ransomware.
Dikutip dari ZDNet, Rabu (30/11/2016), penipu akan mengirimkan notifikasi yang berisi peringatan dari pemerintah atau agen resmi bahwa komputer tak bisa diakses. Cara ini berbeda dari sejumlah kasus penipuan sebelumnya yang hanya memanfaatkan peringatan sederhana.
Jadi, penipu akan mengirimkan malware dan menampilkan peringatan komputer pengguna tak bisa diakses dan perlu menghubungi pihak tertentu. Dalam sejumlah kasus yang ditemukan, pengguna diharapkan menghubungi teknisi agar komputer yang terkunci dapat dibuka kembali.
Baca Juga
Advertisement
Lantas, pengguna diminta untuk membayar sejumlah uang agar masalah tersebut bisa diselesaikan. Akan tetapi, tak seperti ransomware yang meminta uang dalam bentuk bitcoin, para penipu siber ini meminta dikirimkan sejumlah uang dengan nilai mata uang fisik.
Para penipu ini akan meminta sekitar US$ 349 atau Rp 4,7 juta sebagai biaya penyelesaian masalah. Pun demikian, nyatanya setelah pengguna membayar, file yang terkunci tak akan dibuka.
Meskipun terlihat meyakinkan, ternyata malware yang digunakan untuk menyerang korban tak begitu canggih. Tim dari Malwarebytes melaporkan telah berhasil membuat alat decryptor untuk membantu korban.
Untuk itu, tim peneliti tersebut meminta korban yang terkena serangan itu tak segera membayar biaya yang diminta. Sebab, tak ada jaminan file yang dikunci akan selamat dan hanya akan mendorong tren penipuan ini kian berkembang.
Sebagai informasi, ransomware merupakan malware yang dianggap sangat mengancam dalam satu tahun terakhir. Alasannya, malware ini dapat mematikan dan melumpuhkan sejumlah registry, termasuk kemampuan keyboard dan mouse.
Malware ini kemudian akan menampilkan peringatan yang menyebutkan komputer korban tak bisa diakses karena mengakses konten ilegal. Karenanya, pengguna harus membayar sejumlah uang agar bisa mengakses perangkatnya kembali.
Ransomware banyak menyasar komputer, perangkat mobile, dan juga server. Tak hanya perangkat pribadi, malware juga disebut-sebut telah menyerang perangkat yang digunakan untuk keperluan publik.
(Dam/Isk)