Liputan6.com, Jakarta Kadir Sarilan memang sudah 19 tahun menjadi camat di Kepulauan Banda, Ambon. Manis, pahit, asam kehidupan sudah dia cicipi. Namun, yang paling berkesan dan membuat Kadir merasa berguna menjadi camat, setelah ia membeli satu kapal cepat seharga Rp600 juta.
Kadir membeli kapal cepat pada 2014 dengan kapasitas penumpang hingga 13 orang. Selama dua tahun, kapal cepat itu tidak hanya pernah mengangkut orang penting dan turis, tapi juga pernah membawa mayat dan wanita yang mau melahirkan.
Advertisement
"Kurang lebih sudah tujuh apa delapan ibu-ibu yang mau melahirkan saya bawa pakai kapal ini," kata Kadir kepada Health Liputan6.com di Pulau Meileka, Banda, Ambon, Selasa (29/11/2016)
Hanya mengenakan celana pendek, kadir menggosok bagian bawah kapal yang baru saja digunakan mengantar rombongan Festival Dongeng Internasional Indonesia 2016 dan Bintang Nutricia ke Pulau Meileka. Ia pun bercerita semua pengalaman tersebut.
"Saya terkadang dibangunkan jam 02.00 pagi, ada warga minta tolong mau melahirkan. Karena kondisinya termasuk yang membutuhkan penanganan medis serius, pasien itu harus dibawa ke Ambon. Ya, bersama susternya diangkut pakai kapal ini," kata Kadir menambahkan.
Kalau saja kapal itu disewakan untuk turis asing, Kadir bisa membandrol harga sewa lebih dari Rp15 juta. Buat bensinnya sudah mahal, belum lagi harus ambil untung dari harga itu. Namun, atas dasar kemanusiaan khusus untuk warga yang dalam keadaan kritis dan bahaya, Kadir tidak memungut biaya sama sekali.
"Kalau mau dihitung-hitung, jatuhnya mahal. Dan orang yang saya tolong, bukan tergolong warga yang mampu. Mana tega," kata Kadir.
Dari sejumlah ibu ingin melahirkan yang pernah ditolong Kadir, beberapa di antaranya ada yang harus rela melepas kepergiaan sang jabang bayi karena tak sempat tertolong. "Bahkan, yang sudah jelas meninggal saja harus cepat dibawa ke rumah sakit biar cepat ditangani," kata Kadir menambahkan.
Tak jarang Kadir harus "menelan ludah" pasrah, ketika tahu bensin kapalnya habis usai mengantar warganya ke rumah sakit. Namun, ia selalu ingat bahwa yang dilakukannya semata-mata untuk menolong warganya. "Kalau bensin isi penuh, bisa menghabiskan uang Rp2,4 juta," kata Kadir.
Pernah suatu hari, Kadir diberitahu bahwa ada warga yang sudah meninggal dunia harus dibawa ke keluarganya. Kadir dengan sukarela menolong, meski terbesit rasa takut.
"Saya kan bareng ABK, dan yang mengantar jenazahnya pun banyak, jadi Insya Allah aman," kata Kadir menekankan.