Aksi Menolak Provokasi dengan Formasi NKRI Raksasa

Warga Brebes tidak perlu buang-buang uang pergi ke Jakarta untuk menyampaikan aspirasi terkait isu yang diusung dalam Demo 2 Desember.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 01 Des 2016, 12:30 WIB

Liputan6.com, Brebes - Banyak cara dilakukan untuk menunjukkan semangat kebangsaan. Salah satunya ditunjukkan melalui formasi NKRI raksasa yang dibentuk ribuan mayoritas pelajar Brebes di Stadion Karangbirahi Brebes.

Mengenakan pita merah putih sebagai ikat kepala, mereka mengikuti arahan dari anggota TNI dari Kodim 0713/Brebes itu membentuk huruf N hingga I. Sebagai penyempurna, para anggota Kodim menjadi pagar rangkaian huruf raksasa dari manusia itu.

"Hal ini kita lakukan karena untuk lebih meningkatkan kembali rasa memiliki NKRI, yang dampaknya bisa menghalau segala macam aktivitas yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan," ucap Dandim 0713/Brebes Letkol Inf Ahmad Hadi Haryono di sela-sela kegiatan, Rabu, 30 November 2016.  

Sementara itu, Plt Bupati Brebes Budi Wibowo meminta masyarakat dan elemen organisasi tidak terprovokasi kasus dugaan penistaan agama yang melibatkan Gubernur DKI nonaktif Basuki Tjahaja Purnama.  

"Toh sekarang berkas perkaranya juga sudah ditangani sampai ke kejaksaan. Mari kita Le, nduk ayu, berdoa dan kawal bersama-sama dan nggak usah ke Jakarta," ucap Budi.   

Dia mengimbau agar masyarakat tidak mudah terprovokasi kasus dugaan penistaan agama yang dapat memecah belah umat beragama. Dengan begitu, keamanan bisa tetap kondusif. "Jangan sampai terpecah belah akibat provokasi. Imbauannya tetap menjaga kerukunan antarumat beragama," kata dia.   

Ia tidak melarang jika ada warga yang hendak menyampaikan aspirasi terkait dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok. Ia bahkan siap memfasilitasi aksi damai digelar di Brebes.

"Jangan buang-buang waktu untuk ke Jakarta, itu sangat mengurus tenaga dan biaya. Karena di sana (Jakarta), sudah ada yang menyalurkan aspirasinya," dia menjelaskan.  

Ia mengingatkan jika Indonesia memang terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama dan adat istiadat. Maka itu, budaya gotong royong dan kebersamaan wajib dijaga agar tidak mudah terpecah belah oleh apapun dan siapapun.

"Janganlah itu (perbedaan suku) menjadikan perbedaan dan perpecahan apalagi permusuhan. Intinya, NKRI harga mati," kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya