Liputan6.com, London - Banyak yang menyebut Liga Inggris sebagai kompetisi terbaik di dunia. Tingkat kompetitif dan persaingan di sana berbeda dari liga lain. Karenanya, banyak penyerang yang justru mengalami penurunan karier saat memutuskan datang ke Liga Inggris.
Tengok nasib yang dialami Sean Dundee saat digaet Liverpool dari Karlsruher SC pada musim panas 1998. Saat itu, Liverpool berharap banyak pada pemain kelahiran 7 Desember 1972 tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Pasalnya, Dundee menunjukkan performa luar biasa bersama TSF Ditzingen dan Karlsruher. Bersama Ditzingen, ia membukukan 24 gol dari 34 laga. Di Karlsruher, 58 gol dan 17 assist dicetak Dundeee.
Anehnya, ia sama sekali tak mampu memperlihat kehebatannya di Liverpool. Diharapkan bisa menggantikan peran Robbie Fowler yang cedera, faktanya pria berdarah Afrika-Jerman itu tampil mengecewakan. Ia hanya dimainkan dalam lima laga dan tak mencetak gol.
Gagal menggeser duet Karl-Heinz Riedle dan Michael Owen, ia pun dilepas ke VfB Stuttgart di akhir musim 1998/1999. Selain Dundee, ada pula beberapa penyerang yang memiliki karier mengenaskan di Liga Inggris. Berikut daftarnya seperti dilansir Sokkaa:
1. Andreas Cornelius
Cornelius adalah pemain yang mencuri perhatian di Liga Denmark. Pria berusia 23 tahun itu tampil mengesankan bersama Copenhagen sejak melakoni debutnya melawan AGF Aarhus pada 9 April 2012.
Mulai musim 2012/2013, ia mulai tampil sebagai penyerang utama Copenhagen. Hebatnya, Cornelius mampu membayar kepercayaan pelatih dengan membukukan 20 gol dan enam assist dari 44 laga di semua kompetisi.
Sukses Copenhagen memenangkan trofi Liga Denmark 2012/2013 tentu tak lepas dari kontribusinya. Itu yang menjadi alasan Cardiff City membelinya di musim panas 2013 dengan biaya 8,7 juta euro.
Ironisnya, ia tak mampu menularkan kinerja memukaunya di Copenhagen saat memperkuat Cardiff. Dimainkan dalam 11 laga, tak satu pun gol yang bisa dilesakkan Cornelius. Pada akhirnya, ia kembali dijual ke Copenhagen dengan biaya 3,5 juta euro.
Advertisement
2. Radamel Falcao
El Tigre. Begitulah julukan yang diberikan orang-orang kepada Falcao. Sebab Falcao bermain layaknya seekor harimau yang siap menerkam mangsanya saat berada di depan gawang lawan. Ya, ia sudah terlatih menjadi pencetak gol ulung sejak memperkuat River Plate pada 2005.
Konsistensinya sebagai pendulang gol terus diperlihatkan bersama FC Porto, Atletico Madrid, dan AS Monaco. Karena alasan itu Manchester United meminjamnya di musim panas 2014. Meski diberi upah 250 ribu pounds per pekan, Falcao hanya mampu mencetak empat gol dari 29 laga.
Tak kapok, Falcao kembali menjajal keberuntungannya dengan menjalani masa peminjaman di Chelsea pada musim 2015/2016. Sialnya, nasibnya tetap tak berubah. Bersama Chelsea, ia hanya mengoleksi satu gol dari 12 laga.
3. Andriy Shevchenko
Tak ada yang meragukan kehebatan Shevchenko sebagai pencetak gol. Dynamo Kiev dan AC Milan adalah dua tim yang sudah menikmati servis terbaik pemain kelahiran 29 September 1976 tersebut.
Ia menjadi aktor penentu kesuksesan Milan memenangkan gelar Liga Champions 2003 dan Liga Italia 2003/2004. Meski menjadi pemain kesayangan, Milan tak kuasa saat Chelsea membajak Shevchenko di musim panas 2006 dengan biaya 43,8 juta euro.
Ironis bagi Shevchenko, hijrah ke Chelsea menjadi keputusan yang mungkin akan disesali sepanjang hidupnya. Selain tak bisa ikut menikmati gelar Liga Champions 2006/2007 bersama Milan, pria yang kini menjadi pelatih Timnas Ukraina itu juga kesulitan beradaptasi dengan atmosfer Liga Inggris.
Meski dimainkan dalam 77 laga Liga Inggris hingga akhir musim 2007/2008, hanya 19 gol yang disumbangkan Shevchenko. Sadar dirinya menghadapi kesulitan, ia pun menerima proposal Milan yang meminjamnya di musim 2008/2009.
Advertisement
4. Lilian Laslandes
Laslandes tak bisa meneruskan jejak Thierry Henry, pemain Prancis yang menuai prestasi luar biasa di Liga Inggris.
Ia hijrah ke Sunderland di musim panas 2001 setelah tampil gemilang bersama AJ Auxerre dan Bordeaux. Sebelumnya, Laslandes 125 kali memperkuat Auxerre di Liga Prancis dan menyumbang 47 gol. Di Bourdeaux, 47 gol dilesakkan dari 119 laga. Sayang, ia tak bisa menemukan ritme terbaiknya saat di Sunderland.
Hanya satu gol yang bisa dilesakkan Laslandes dari 13 laga Liga Inggris. Karenanya, ia sempat dua kali dipinjamkan Sunderland ke FC Koln dan Bastia sebelum akhirnya dilepas ke Nice pada musim panas 2003.
5. El Hadji Diouf
Diouf bisa disebut sebagai pemain yang pantang menyerah meski memiliki karier yang buruk di Liga Inggris. Pertama kali ia datang ke Inggris saat direkrut Liverpool dari Lens pada musim panas 2002.
Digadang-gadang bakal tampil memukau, faktanya Diouf hanya bisa mencetak enam gol dari 79 laga bersama Liverpool. Dari Liverpool, ia sempat dipinjamkan ke Bolton Wanderers. Performanya terbilang lumayan karena mencetak sembilan gol dari 27 laga.
Sialnya, Diouf justru tampil mengecewakan saat dipermanenkan Bolton pada 2005. Dari 87 laga, hanya 12 gol yang bisa dilesakkan pria kelahiran 15 Januari 1981 itu. Ia juga sempat menjajal keberuntungan di Sunderland, Blackburn Rovers, dan Leeds United.
Namun, tak ada musim luar biasa yang dijalani Diouf. Situasi itu membuat Diouf memutuskan mencari peruntungan di Malaysia dengan memperkuat Sabah FC pada 2014-2015.
Advertisement