4 Momen Panas yang Bikin El Clasico Makin Sengit

Duel El Clasico bukan hanya mempertaruhkan soal pretasi tapi juga gengsi.

oleh Achmad Yani Yustiawan diperbarui 02 Des 2016, 07:52 WIB
Laga El Clasico selalu berlangsung sengit

Liputan6.com, Jakarta Laga Big match di kompetisi Spanyol atau La Liga bakal tersaji akhir pekan ini. Dua klub raksasa Spanyol, Real Madrid akan bertamu ke markas Barcelona di Camp Nou, 3 Desember 2016 nanti.

Semua mata akan memandang pada duel yang biasa disebut El Clasico pertama musim ini. Pasalnya, pertandingan ini bukan hanya mempertaruhkan soal pretasi tapi juga gengsi.  

Rivalitas antara El Real dan Barcelona memang selalu menjadi salah satu laga yang paling menarik perhatian para penggemar sepak bola.

Persaingan yang melibatkan tim bertabur bintang ini, juga seperti selalu menciptakan "permusuhan" baru. Mulai dari rivalitas pemain, pelatih hingga kejadian- kejadian di luar maupun di dalam lapangan.

Jelang pertandingan aroma perseteruan biasanya mulai memanas. Kedua kubu dan para pendukungnya terlibat perang urat syaraf saling mengunggulkan masing-masing tim.

Sebelum menyaksikan duel yang menguras emosi ini, tak salah jika kita mengenang 4 momen terpanas El Clasico.


Luis Figo

Luis Figo saat membela Madrid

Luis Figo secara tak terduga menyeberang dari Barcelona ke Real Madrid pada musim panas 2000. Figo hijrah ke Madrid dengan nilai transfer 60 juta euro.

Sejak itu Figo pun langsung dianggap sebagai musuh besar publik Camp Nou. Bahkan, ia sempat mendapat perlakuan tak menyenangkan.

Pada 21 Oktober 2000, sayap asal Portugal itu datang ke Camp Nou bersama Los Blancos.

Begitu keluar lorong dari kamar ganti, sang pemain langsung menjadi sasaran umpatan publik Camp Nou. Spanduk-spanduk bertuliskan pengkhianat serta judas muncul di tribun.

Ketika el clasico dimulai, setiap Figo menyentuh bola, suara umpatan dan siulan hinaan langsung terdengar. Tak hanya itu. Botol-botol, jeruk, pemantik, dan telepon selular bertebangan ke lapangan.

Dalam El Clasico di Camp Nou pada November 2002, Figo memutuskan untuk mengambil sepak pojok dan lemparan ke dalam sehingga  Figo selalu menjadi sasaran fans. Benda-benda beterbangan. Saat wasit menghentikan laga, kamera televisi menangkap gambar kepala babi yang dilempar ke lapangan.


Michael Laudrup

Michael Laudrup

Pemain Denmark ini adalah salah satu dari tiga pemain asing di The Dream Team Barcelona di bawah asuhan Johan Cruijff selain Ronald Koeman dan Hristo Stoichkov. Ia turut andil dalam kesuksesan Barca merebut gelar juara La Liga 4 musim berturut-turut (1991 hingga 1994), dan meraih gelar Liga Champions pada tahun 1991-92.

Kegagalan Barca meraih gelar juara Liga Champions di tahun 1994 bisa dibilang karena tanpa adanya Michael di final. Cruijff lebih memilih Romario daripada dirinya untuk memenuhi kuota tiga pemain asing yang diperbolehkan tampil pada saat itu. Barca pun kalah telak 0-4 dari AC Milan di final.

Kontribusi Laudrup membawa El Barca memenangi 4 gelar Liga Spanyol, 1 Copa del Rey, 2 Piala Super Spanyol, 1 Piala Eropa (sekarang Liga Champions), dan 1 Piala Super Eropa. Anehnya, Laudrup malah memutuskan hengkang ke Madrid setelah berkostum Barca di musim panas 1994.

Alasan kepindahan Laudrup adalah perseteruan yang tercipta dengan Johan Cruyff. Meski hanya menyumbang satu gelar, namun Laudrup pernah mendapat gelar sebagai pemain asing terbaik Real Madrid dari media ternama Spanyol, Marca.


Zinedine Zidane

Perseteruan Zidane dan Luis Enrique di laga El Clasico

Zinedine Zidane secara resmi menggantikan Rafael Benitez sebagai pelatih Real Madrid. Benitez dipecat karena dianggap tidak mampu membuat penampilan Los Merengues stabil di La Liga.  

Penunjukan Zidane sebagai pelatih Madrid memunculkan fakta menarik seputar pertandingan bertajuk El Clasico melawan Barcelona. Ketika masih menjadi pemain, Zidane pernah berseteru dengan Luis Enrique, yang kala itu juga masih aktif bermain sebagai penggawa Blaugrana.

Keduanya saling dorong, bahkan tangan legenda timnas Prancis itu melukai wajah Enrique. Insiden ini memunculkan keributan di tengah lapangan karena rekan-rekan setim yang lain ikut berseteru, meski ada yang memisahkan.

Sementara itu, Enrique adalah sosok yang cukup berpengalaman jika bicara soal El Clasico. Saat masih aktif menjadi pemain, Enrique sempat mengecap pengalaman di Barca dan Madrid. Tak seperti Figo, Enrique lebih dulu berseragam El Real.

Enrique semakin kenyang dengan pengalaman El Clasico setelah menjadi pelatih kepala El Barca sejak musim panas 2014. Total, sudah 3 edisi El Clasico dilakoni Enrique sebagai pelatih. Rapornya adalah 2 kali menang dan 1 kali kalah.


Jose Mourinho

Jose Mourinho dan Tito Vilanova

Kejadian paling unik terjadi pada Piala Super Spanyol.  Madrid saat itu tertinggal 3-2 di Camp Nou oleh gol cantik Lionel Messi.

Marcelo sepertinya ingin menerapkan doktrin Mourinho, timnya akan kalah dari Barcelona kalau bermain dengan 10 orang.  Madrid akhirnya kehilangan Marcelo yang menebas kaki Cesc Fabregas.

Setelah itu, muncul keributan antara pemain. Konon David Villa mencemooh agama Mesut Ozil dengan menyebutnya teroris.

Sementara, Jose Mourinho tak mau melewatkan kesempatan. Ia begitu gemas dengan Tito Vilanova, asisten Josep Guardiola, sehingga merasa perlu (hampir) mencolok matanya.



POPULER

Berita Terkini Selengkapnya