Liputan6.com, Jakarta Aksi demo 2 Desember 2016 dinilai bukan sebagai sentimen utama yang menekan pasar modal belakangan ini. Pelaku pasar atau investor saat ini lebih mencermati kondisi global sebagai penekan pasar.
Kepala Riset PT MNC Securities Edwin Sebayang mengatakan, pelaku pasar saat ini cenderung fokus pada rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) dan program presiden terpilih AS Donald Trump.
"Jadi sebetulnya yang jadi concern utama bagi pelaku pasar tanggal 13-14 Desember, ketika The Fed akan naik. Kedua menuju tanggal 20 Januari 2017 pelantikan Donald Trump. Mereka ingin lihat program Donald Trump," kata dia kepada Liputan.com, Jakarta, Jumat (2/12/2016).
Baca Juga
Advertisement
Dia mengatakan, menjelang aksi demo 2 Desember tekanan akan terjadi di pasar modal. Bakal terjadi aliran modal keluar (capital outflow). Tekanan bukan hanya terjadi di pasar modal, tapi juga di pasar uang.
"Dana keluar bukan hanya di pasar saham, tapi kan obligasi, dan itu membuat asing, rupiah lemah," imbuh dia.
Edwin menambahkan, tekanan di pasar keuangan bakal berlanjut tahun depan. Apalagi, Donald Trump memiliki misi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi AS lebih tinggi. Imbas dari hal tersebut ialah kenaikan suku bunga acuan yang lebih cepat.
"Tahun depan Fed fund rate akan naik lebih cepat dan lebih besar sehingga arus modal akan semakin keluar. Diperkirakan maunya pertumbuhan ekonomi 3,5-4 persen visi misinya. Akan mendorong inflasi, akan menaikan Fed fund rate lagi. Kita memperkirakan Fed fund rate naik 50-75 basis poin," tandas dia. (Amd/Nrm)