Liputan6.com, Moskow - Sebuah pesawat kargo tanpa awak milik Rusia yang membawa pasokan untuk Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) mengalami kecelakaan sekitar enam menit setelah lepas landas.
Roket Soyuz yang membawa kapsul Progress berisi dua setengah ton makanan dan persediaan, meluncur dari Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan sebelum pukul 10.00 waktu setempat pada Kamis, 1 November 2016. Namun, tim pengontrol segera kehilangan kontak radio dengan roket hanya beberapa menit setelah peluncuran.
Advertisement
Kapsul tersebut terakhir kali mengonfirmasi terbang dalam ketinggian 190 km di atas sebuah wilayah tak berpenghuni di Republik Tyva. Hingga kini penyebab kecelakaan masih diselidiki.
Terkait insiden tersebut, NASA mengatakan bahwa enam awak yang saat ini berada di ISS tidak berada dalam bahaya dan memiliki cukup persediaan untuk beberapa bulan ke depan.
Dikutip dari Independent, Jumat (2/12/2016), peluncuran itu menandai kegagalan keempat dalam upaya mengirim pasokan ke ISS dalam dua tahun, termasuk sebuah kegagalan peluncuran kapsul Progress sebelumnya.
Kecelakaan itu terjadi pada saat kritis, karena SpaceX yang merupakan satu dari dua perusahaan Amerika Serikat yang meluncurkan pasokan ke ISS untuk NASA, belum memulai peluncurannya kembali setelah salah satu roketnya meledak pada 1 September.
SpaceX sedang menunggu persetujuan dari Federal Aviation Administration, yang mengawasi tranportasi antariksa komersial, untuk kembali meluncurkan roketnya yang membawa 10 satelit milik Iridium Communications Inc. pada 16 Desember.
Penerbangan kargo SpaceX untuk NASA berikutnya ditargetkan pada Januari. Orbital ATK dan badan antariksa Jepang juga meluncurkan pasokan ke stasiun angkasa luar, yakni laboratorum senilai US$ 100 miliar yang terbang 418 km di atas permukaan Bumi.
Pesawat kargo Jepang tersebut dijadwalkan meluncur pada 9 Desember.