Sosok Firman Jadi Ahli Pijat Refleksi Setelah Dua Kali Gagal Tes

Sebelas tahun, Firman menggeluti dunia pijat refleksi.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 04 Des 2016, 15:00 WIB
Pernah dua kali gagal tes dapatkan sertifikat izin praktik (Foto: Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Liputan6.com, Jakarta Berkutat dengan buku pijat refleksi, sosok Firmanudin, 33, berupaya keras menghapal nama-nama titik saraf di tubuh. Dari saraf di telapak kaki, tangan sampai panggung. Ia dua kali gagal tes kelulusan akibat salah memijat titik saraf yang diujikan. Tak putus asa, ia terus melatih keahlian pijat refleksi.

Tes ketiga yang diikuti mengantarkan dirinya menerima sertifikat izin praktik sebagai terapis pijat refleksi. Firman, begitu sapaan akrabnya telah mengabdikan diri menjadi terapis pijat refleksi selama 11 tahun. Ketertarikan di dunia pijat refleksi berawal dari rasa penasaran melihat teman yang bisa melakukan pijat refleksi pada tahun 2005.

"Saya tertarik, kayaknya enak saja jadi terapis pijat refleksi. Ternyata setelah saya coba bagaimana rasanya pijat refleksi ya enak. Saya ingin jadi terapis pijat refleksi," kata Firman saat berbincang dengan Health-Liputan6.com di Kokuo Reflexology, FX Sudirman, Jakarta, Selasa (29/11/2016).

Pertama kali belajar

Niat yang sudah bulat mendalami pijat refleksi bak pembakar semangat yang mujarab. Ia mulai belajar dari teman yang ahli pijat refleksi. Buku-buku pijat refleksi ia baca. Sebagai terapis pijat refleksi, ia dituntut mampu menghapal 36 titik di telapak kaki. Ketika nama titik sudah hapal, Firman mulai mempraktikannya.

Tak semudah membalikkan telapak tangan, pertama kali praktik, ia melakukan banyak kesalahan. Misal, titik refleksi untuk jantung salah dipijat. Latihan praktik bersama temannya bertujuan melatih diri, apakah hasil pijatannya enak atau ada keluhan pijatannya kurang kuat.

"Biar dinilai sama teman, komentar mereka seperti apa, enak atau enggak mijetnya. Ya, sekalian promosi ke teman, kalau saya juga bisa pijat refleksi," ucapnya.


Dapatkan sertifikat izin praktik

Dapatkan sertifikat izin praktik

Ketika kemampuan pijatannya terbilang baik, Firman berusaha mendapatkan sertifikat izin praktik pijat refleksi. Lokasi tes pijat refleksi yang berada di dekat RS Fatmawati ia sambangi. Namun, ia mengalami dua kegagalan tes.

Ia sempat putus asa tapi mengingat hasil kerja keras selama tiga bulan menghapal titik refleksi dan latihan praktik membuat semangatnya bangkit kembali.

"Saya sudah sempet putus asa tapi saking penasarannya dijalani. Masa iya, batal jadi terapis pijat refleksi padahal sudah capek-capek belajar. Saya pun mencuri waktu. Minta temen yang sudah lulus tes buat teman latihan," ucapnya.

Permintaan berlatih bersama teman dilatarbelakangi mengetahui apa saja kekurangan. Hal ini dikarenakan pihak yang melakukan tes tidak memberitahu kekurangan dan kesalahan terapis. Akhirnya, ia lulus tes ketiga.


Bekerja di Kokuo Reflexology

Bekerja di Kokuo Reflexology

Sertifikat izin praktik yang diperolehnya membuka kesempatan Firman bekerja di beberapa klinik terapi pijat refleksi. Bahkan ia pernah bekerja sampai ke Pekanbaru, Riau. Berbeda dengan tempat kerja sebelumnya, yang hanya betah bertahan setahun saja, Firman sudah mengabdikan diri di Kokuo Reflexology selama 9 tahun.

Firman, Terapis Pijat Refleksi (Foto: Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Ia mengetahui Kokuo Reflexology dari tawaran teman. Hal tersebut menumbuhkan minatnya ikut tes masuk Kokuo Reflexology. Selama 5 hari, Firman dilatih menyamakan gerakan, yang sudah ditetapkan Kokuo Reflexology. Kemudian ia memasuki masa tes selama dua minggu dengan memijat pasien.

"Waktu tes, pasien yang akan dipijat itu dipilih. Kalau ada pasien yang bawel atau suka enggak mood-an ya tidak dipegang saya. Penilaian itu dari komentar pelanggan yang dipijat. Kalau enggak ada komen berarti lancar. Satu kali tes oke, dua kali tes oke. Tes ketiga oke, saya lulus," jelas Firman sambil tersenyum simpul.


Kena komplen

Kena komplain

Hampir semua keluhan pasien biasanya tidak enak badan. Mereka merasa pusing dan minta dipijat yang enak dan kuat. Tak jarang, pelayanan Firman yang sudah berhati-hati memijat dihadapi pasien yang bawel.

"Ketemu pasien yang bawel, tidak gelisah lagi. Kalau pun kesal ya biasa aja. Takut nanti kitanya malah kena komplain dan dievaluasi lagi di bagian manajerial. Pernah ada pasien yang komplen di kasir gara-gara pijetan di kepala kurang kuat," cerita Firman.

Ia mengakui, pasien tidak komplain saat dipijat. Ia hanya ingin Firman menambah kekuatan pijatan di bagian kepala.

"Mungkin saya kurang tenaga pas mijet di kepala. Tenaga saya belum stabil, agak melemah. Itu pertama kalinya, saya kena komplain. Saya juga pernah kena komplen kedua. Baju  saya basah karena hujan lalu saya rangkap tanpa dilepas pakai seragam. Itu mengganggu pasien. Memang baunya jadi sedikit apek," kenangnya.


Kebahagiaan terapis

Kebahagiaan terapis

Sepanjang melayani pasien, ia menuturkan pasien-pasiennya kerap membuat kebahagiaan di hatinya. Tak hanya senang melihat pasien kembali bergairah dan hilang pegal. Firman juga senang saat pelanggan memberikan uang lebih (tip).

"Suatu saat saya bisa di-booking dan punya pelanggan. Berarti pasien puas dengan pijatan saya. Kalau dipegang terapis lain rasanya bisa beda. Pijetan kan masalah cocok-cocokan. Belum tentu orang yang sudah bekerja lama cocok megang pasien baru," tuturnya.

Untuk sekarang, Firman masih bergelut dengan pijat refleksi (Foto: Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Pasien curhat

Pasien yang berani curhat pernah dialami Firman. Mereka biasanya pelanggan. Tapi curhat pun melihat kondisi ruangan. Saat ruangan pijat refleksi kosong, pelanggan bisa curhat, sedangkan kalau ramai tidak curhat.

Selain itu, Firman juga menyukai pasien yang tidak terlalu banyak komentar dan tidak  banyak bertanya.

"Pernah ada pasien yang nanya, 'itu bagian apa, ini kok sakit?' Dia nanya terus, sudah nanya di kaki kiri malah nanya lagi di kaki kanan. Padahal, si tamu asyik main hp," ujarnya sambil tertawa.


Tetap perdalam ilmu

Tetap perdalam ilmu

Meskipun jam terbang Firman sudah tinggi dan punya banyak pelanggan, ia tetap memperdalam ilmu pijat refleksi secara khusus. Misal, belajar titik-titik saraf untuk menghilangkan migrain. Bila ada pasien yang bertanya soal migrain, ia bisa menjawabnya.

Pemijatan juga dilakukan tiap hari. Jika tangan tidak memijat pasien, maka akan terasa kaku. Tenaga terapis akan berkurang.  Lain halnya, jika tangan Firman terluka atau sakit, ia berhenti sejenak memegang pasien dan menunggu tangannya pulih.

Tak terasa perbincangan dengan Firman begitu mengasyikan. Untuk saat ini, ia masih menggeluti pijat refleksi. Lantas bagaimana cita-cita yang ingin dicapai di masa mendatang?

"Untuk ke depannya, cita-cita memang butuh waktu panjang. Saya ingin buka usaha, maunya  buka bisnis warung sembako," tutupnya.


Profil

Profil

Di Kokuo Reflexology, Firman sudah 9 tahun bekerja (Foto: Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

FIRMANUDIN

Tempat/tanggal Lahir: Brebes, 22 Februari 1983

Agama: IslamStatus: Menikah

Anak: M Arsyan Ashidiqi & Nadhira Aulia Nisa

Riwayat Pendidikan

SD Kalierang 06

SMP MTS Muhamadiyah

SMU Kerabat Kita

Riwayat Pekerjaan

2003-2004 Toko Barkah

2005-2006 Masle Reflexy

2007-sekarang Kokuo Reflexology FX Sudirman

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya