Liputan6.com, Bogota - Pesawat yang membawa tim sepak bola Brasil Chapecoense diduga kuat kehabisan bahan bakar ketika akhirnya jatuh di pegunungan terpencil di Kolombia.
Belakangan muncul dugaan, hal tersebut karena pencarian gim video (video game) milik salah satu pemain sepak bola sebelum lepas landas. Penundaan yang diakibatkannya diduga membuat pengisian bahan bakar yang direncanakan di tengah rute menuju Medellin tak bisa dilakukan.
Lamia Penerbangan 2933, yang terbang dari Santa Cruz de la Sierra di Bolivia awalnya berencana transit untuk mengisi bahan bakar di Cobija -- kota di Bolivia yang berbatasan dengan Brasil. Namun, bandara di sana tak beroperasi lepas tengah malam, demikian dilaporkan Daily Mail.
Pesawat carteran, yang membawa tim Chapecoense ke pertandingan final Copa Sudamericana, kehabisan bahan bakar saat menanti izin dan arahan pendaratan ke bandara Medellin. Hal itulah yang diduga membuat pilot Miguel Alejandro Quiroga akhirnya mengeluarkan sinyal darurat atau 'mayday'.
Kapal terbang tersebut akhirnya terhempas di sisi pegunungan, menewaskan 71 dari 77 orang yang ada di dalamnya -- setelah terbang 20 menit lebih lama dari kapasitas bahan bakar yang mampu untuk terbang selama 4 jam.
Jangkauan maksimum Avro RJ85 itu adalah 1.600 mil laut (nautical miles) lebih pendek dari rute Santa Cruz ke Medellin.
Bolivia telah menghentikan izin operasi Lamia pascatragedi kecelakaan pesawat tersebut.
Pemimpin maskapai Lamia, Gustavo Vargas mengatakan bahwa pilot Quiroga memutuskan terbang ke Medellin tanpa mengisi bahan bakar di Bogota seperti yang direncanakan.
"Pilot yang memutuskan. Ia berpikir bahan bakar akan cukup," kata dia seperti dikutip dari News.com.au, Sabtu (3/12/2016).
Lantas apa yang mengaitkan kecelakaan tersebut dengan video game?
Petunjuk didapat dari salah satu staf (official) Chapecoense, Chinho Di Domenico yang menjadi korban tewas dalam kecelakaan pesawat.
Ia sempat mengirimkan pesan pada seorang pemain yang tak ikut dalam tim yang berlaga di partai final.
"Kami biasa menggunakan grup tersebut untuk melempar candaan, mengirim pesan-pesan dan foto lucu, apapun yang bisa membuat kami tertawa," kata Demerson Costa (30), bek di Chapecoense.
"Sebelum pertandingan, kami biasa mengirimkan pesan dukungan, mendoakan keberuntungan. Pada hari ketika tim pergi, semua pemain saling menguatkan. Mereka yang tak pergi mengatakan pada atlet yang berlaga, bahwa mereka membuat kami bangga," kata dia.
Demerson Costa menambahkan, pesan terakhir yang ada di grup adalah dari Chinho, yang menertawakan tingkah salah satu pemain yang menahan pesawat lepas landas dari Bolivia karena ia lupa membawa gimnya," kata dia. "Penerbangan ditunda karena mereka ingin mengambilnya."
Pemain yang tak disebut namanya, yang meminta tas yang berisi gim sebelum naik pesawat, dikabarkan tewas dalam kecelakaan pesawat tersebut.
Demerson kemudian mengirimkan pesan ke sahabatnya di tim, striker Bruno Rangel (34) yang juga tak selamat dalam kecelakaan tersebut.
"Aku meminta ia menghubungiku sesampainya di sana, sehingga aku tahu bahwa mereka telah tiba dengan selamat. Saya mengirimkan pesan pukul 20.00, saat tim sudah mengudara," kata dia.
Namun, pesan itu tak pernah sampai. "Aku terjaga semalaman menanti pesan itu terkirim," kata dia, yang sempat menyangka penerbangan timnya mengalami penundaan.
Hanya enam orang yang selamat dari kecelakaan itu. Awak kabin Ximena Suarez dan Erwin Tumiri dalam kondisi relatif baik.
Sementara empat lainnya masih menjalani perawatan intensif: pemain bola Alan Ruschel, Jackson Follmann, dan Hélio Neto, serta seorang jurnalis, Rafel Henzel.
Ayah Neto, Helam mengatakan, kabar putranya dalam kondisi membaik membuat keluarganya sangat bahagia.
"Kondisi anak saya membaik. Dia baru saja menjalani operasi di kakinya dan dokter mengatakan dia akan bisa kembali bermain sepak bola, "kata dia.
Energi & Tambang